Latest News

Wednesday, 2 September 2020

TANGGAPAN TERHADAP ARTIKEL "KESALAHAN KELOMPOK YAHWEH"


https://blog.logos.com/2017/11/name-yahweh-angel-lord/

Perdebatan dan diskusi perihal relevansi penggunaan nama Tuhan YHWH dalam ibadah Kristiani dan penyalinannya dalam teks tertulis masih tetap terjadi hingga hari ini. Dialektika pemikiran yang terus menerus terjadi dari satu tesis dan anti tesis menuju sebuah sintetis. Atau bahkan hanya sekedar perulangan argumen dari waktu ke waktu. Berikut ini penulis ingin memberikan sebuah tanggapan dari sebuah tanggapan terhadap relevansi penggunaan nama YHWH sebagai salah satu bentuk dialektika pemikiran teologis.

Dalam sebuah artikel dengan judul, Kesalahan Kelompok Yahweh pada bagian kesimpulan, Meifel Kontra penulisnya mengatakan  sbb:

Dari pembahasan diatas sangat jelas terlihat kesalahan-kesalahan kelompok ini. Mereka menganggap nama YAHWEH adalah yang benar. Padahal nama/kata ini bukanlah bahasa Ibrani dan jelas-jelas salah dalam pengucapannya. Kelompok YAHWEH juga tidak memahami pergantian masa dari ibadah simbolik kepada ibadah hakekat. Ketika masuk ke dalam ibadah hakekat (PB), Tuhan tidak lagi menonjolkan nama YHWH tetapi nama YESUS

Selain itu, Alkitab sendiri membuktikan bahwa dirinya ditulis dalam bahasa Ibrani, yang pada intinya menolak kesimpulan kelompok YAHWEH tentang keharusan pemakaian nama YHWH

Jadi, walaupun mereka menggunakan Alkitab, kelompok YAHWEH ini sebenarnya tidaklah alkitabiah. Dengan pandangan-pandangan dan argumen yang mereka pegang, terlihat pertentangannya yang jelas dengan Alkitab

http://www.sarapanpagi.org/kesalahan-kelompok-yahweh-vt9747.html

Saya akan memberikan tanggapan terhadap kesimpulan akhir yang merupakan perasan keseluruhan gagasan penulisnya terhadap apa yang dipahaminya mengenai konsepsi nama Tuhan dan komunitas Kristen yang menghayati kebenarannya. Tanggapan ini sekaligus sebagai perimbangan argumentasi dan wujud pertanggungjawaban intelektual dari sebuah keyakinan teologis perihal relevansi penggunaan nama YHWH dalam ibadah Kristiani.

Mengenai Pelafalan Yahweh

Memang benar bahwa di antara kelompok Kristiani ada yang memaksakan penulisan nama Yahweh - sebagaimana penilaian Meifel Kontra - dengan membuat tanda baca (nikud) untuk YHWH yang seharusnya dibaca YeHoWah menjadi YaHWeh sementara dalam naskah TaNaKh versi Masoretik tidak pernah dijumpai sekalipun penulisan dengan tanda baca yang menghasilkan pengejaan Yahweh.


https://www.thetorah.com/article/shema-yisrael-in-what-way-is-yhwh-one

Namun upaya pengejaan dengan YaHWeH memiliki dasar karena ungkapan seruan Haleluya/HaleluYah sebenarnya dari dua kata Hallel dan Yah yang bermakna Pujilah Yah.

Sekalipun  nikud untuk YHWH adalah  ??????   sehingga tidak diucapkan YaHWeH melainkan YeHwaH dalam banyak ayat di mana nama YHWH muncul, namun hampir mayoritas para sarjana Kitab Suci dan berbagai kamus modern menyatakan bahwa nama Tuhan dalam Kitab Suci TaNaKh adalah YAHWEH, sebagaimana beberapa kutipan pernyataan berikut ini:  Rabbinical literature - the name Yahweh is considered the name proper (Jewish Encylopaedia Vol IX, p. 162). Demikian pula dikatakan,  The true pronounciation of the name was never lost. Several early greek writers of the christian church testify that the name was pronounced Yahweh (The Encylopaedia Judaica Vol VII, 1972:680)

Sekalipun pelafalan nama YaHWeh dimunculkan oleh Genebradus namun upaya yang dilakukannya berusaha merujuk pada pelafalan di periode Bapa Gereja Klemens yang mengeja dengan lafal Yunani IAOVE atau teks Torah Samaria yang mengeja dengan IABE. Ini adalah sebuah upaya untuk menemukan pelafalan asli karena tidak mungkin semua kalimat dalam Torah bisa diberi tanda baca dan dieja namun nama Tuhan tidak ada tanda baca dan terlupakan pelafalannya.

Jangan lupa, ejaan YeHoWaH atau JeHoVah dalam teks bahasa Inggris pun dianggap sebuah pelafalan yang muncul di Abad 16 sebagaimana dikatakan:

The form Jehovah was used in the 16th century by many authors, both Catholic and Protestant, and in the 17th was zealously defended by Fuller, Gataker, Leusden and others, against the criticisms of such scholars as Drusius, Cappellus and the elder Buxtorf. It appeared in the English Bible in Tyndale�s translation of the Pentateuch (1530), and is found in all English Protestant versions of the 16th century except that of Coverdale (1535). In the Authorized Version of 1611 it occurs in Exod. vi. 3; Ps. lxxxiii. 18; Isa. xii. 2; xxvi. 4, beside the compound names Jehovah-jireh, Jehovah-nissi, Jehovah-shalom; elsewhere, in accordance with the usage of the ancient versions, Jhvh is represented by Lord (distinguished by capitals from the title �Lord,� Heb. adonay). In the Revised Version of 1885 Jehovah is retained in the places in which it stood in the A. V., and is introduced also in Exod. vi. 2, 6, 7, 8; Ps. lxviii. 20; Isa. xlix. 14; Jer. xvi. 21; Hab. iii. 19. The American committee which cooperated in the revision desired to employ the name Jehovah wherever Jhvh occurs in the original, and editions embodying their preferences are printed accordingly

https://en.m.wikisource.org/wiki/1911_Encyclop%C3%A6dia_Britannica/Jehovah

Bahkan naskah TaNaKh versi Masoretik pun tidak selalu memberi tanda baca (nikud) untuk YHWH sehingga dilafalkan YeHoWah melainkan YeHWiH (Kej 15:2), YaHWaH (Mzm 144:15)

Mengenai Ketiadaan Nama YHWH Dalam Kitab Perjanjian Baru

Ketiadaan nama YHWH dalam naskah salinan Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani bukan bermakna Yesus dan para rasul-Nya tidak mengucapkan nama YHWH melainkan cara penyalinan kisah kehidupan Yesus dan ajaran para rasul dalam bahasa Yunani dimana pola pengutipan TaNaKh untuk membuktikan kemesiasan Yesus dirujuk dari naskah Septuaginta. 

Naskah Septuaginta merupakan terjemahan dari naskah TaNaKh berbahasa Ibrani yang bukan berasal dari tradisi Masoretik melainkan dari tradisi yang lebih tua dan sejaman dengan naskah TaNaKh yang ditemukan di Laut Mati. Naskah Septuaginta yang mula-mula menuliskan nama YHWH dengan menggunakan bentuk Tetragrammaton (empat huruf) dalam Paleo Ibrani bukan Ibrani Modern. 

Dengan mengacu pada naskah Septuaginta yang sudah beredar dengan beragam versi (ada yang menggunakan nama YHWH dan Kurios), maka Kitab Perjanjian Baru Yunani merujuk pada naskah Septuaginta dimana nama YHWH dituliskan dengan bentuk sapaan penghormatan dalam bahasa Yunani Kurios sebagai padanan untuk sapaan Adonai dalam bahasa Ibrani. 

Dengan demikian, Kitab Perjanjian Baru Yunani meneruskan tradisi penulisan Kitab Suci non Ibrani dimana nama YHWH ditulis dengan sebutan Kurios.


http://cannundrum.blogspot.com/2014/04/st-charles-church-vienna.html

Penulisan Kurios sebagai salinan untuk Adonai adalah wujud penghormatan terhadap nama YHWH. Namun demikian baik Yesus dan para rasul tentu mengetahui nama YHWH dan merekapun akan mengucapkan nama-nama tersebut sesuai tradisi dalam Yudaisme yaitu dalam momentum ibadah baik ibadah harian maupun perayaan Yom Kippur atau bahkan dalam beberapa percakapan dalam rangka menyampaikan ajaran. Selengkapnya dapat membaca artikel saya, Mengapa Nama YHWH Tidak Muncul Dalam Naskah Kitab Perjanjian Baru Yunani? https://pijarpemikiran.blogspot.com/2015/07/mengapa-nama-yhwh-tidak-tertulis-dalam_4.html?m=1


https://www.pinterest.com/pin/331788697539915060/

Jika pelafalan YaHWeH dianggap tidak Alkitabiah, bukankah pelafalan JeHoVah pun tidak Alkitabiah karena huruf Ibrani tidak mengenal huruf J? Jika pelafalan YaHWeH dianggap tidak Alkitabiah sementara pelafalan yang benar adalah YeHoWaH, namun mengapa penyalin Masoretik memberi tanda baca untuk nama Tuhan di ayat lain yang justru bisa dilafalkan dengan YeHWiH (Kej 15:2) dan YaHWaH (Mzm 144:15)?

Pelafalan nama YaHWeH sejatinya adalah sebuah upaya untuk merekonstruksi dan mencari pelafalan yang paling dekat dengan yang dimaksudkan oleh Kitab Suci dengan mengacu pada beberapa ayat termasuk Mazmur 150:6 di mana kata Halelu-Yah muncul yang bermakna "Pujilah YaH"

Kiranya tanggapan ini memberikan pencerahan dan wawasan. Tuhan YHWH, Bapa Surgawi memberkati dalam Yesus Sang Mesias, Juruslamat dan Junjungan Agung Yang Ilahi


Thursday, 27 August 2020

BUKAN MAHLUK KEBETULAN


https://blueday1.wordpress.com

Dilansir dari sebuah artikel dengan judul, Teknik Sperma Berenang Seperti Rumus Matematika Sederhana yang dimuat oleh laman www.bbc.com diperoleh sejumlah keterangan menarik perihal proses pembentukan sebuah janin manusia.

Para peneliti mengungkap bagaimana sperma seseorang berenang, melawan segala rintangan, mencapai sel telur, dan mereka mengatakan bahwa semua itu berkaitan dengan irama. Ilmuwan-ilmuwan dari Inggris dan Jepang menemukan bahwa kepala dan ekor gerakan sperma membuat pola yang mirip dengan bidang yang terbentuk di sekitar magnet. Dan semua ini membantu untuk mendorong sperma menuju sel telur.

Lebih dari 50 juta sperma memulai perjalanan untuk membuahi sel telur ketika seorang laki-laki dan perempuan melakukan hubungan seks. Sekitar 10 juta di antaranya bisa mencapai tuba fallopi, namun hanya satu yang bisa membuahi. Perjalanan ini berbahaya, kata penulis studi, Dr Hermes Gadelha.

"Setiap kali seseorang mengatakan kepada saya bahwa mereka memiliki seroang bayi, saya pikir itu adalah salah satu keajaiban terbesar, namun tak ada seorang pun yang menyadarinya", kata Dr Gadelha, dosen matematika terapan di Universitas York.

Ketika seorang pria mengalami ejakulasi, ada sekitar 50 juta sampai 150 juta sperma yang diproduksi, dan sel-sel ini segera berenang menuju saluran tuba falopi perempuan. Namun, ini bukanlah perjalanan yang mudah, ada banyak rintangan untuk mengatasi untuk sel kelamin laki-laki, yang panjangnya hanya 0,065mm. Hanya satu sperma yang dapat menembus sel telur perempuan dan memupuknya, jadi perlombaan masih akan terus berlangsung.

Dalam perjalanan mencapai saluran tuba fallopi, sperma-sperma ini juga menghadapi sel-sel darah putih yang siap untuk merenggut dan membunuh mereka. Akhirnya, sisa sperma tiba di tuba fallopi, tempat di mana mereka mendapat asupan. Tetapi, apakah sel telur yang dilepaskan berada pada waktu yang tepat untuk menyambut sperma yang menang? Jika tidak, semua itu sia-sia

Membaca artikel tersebut kita disadarkan bahwa sains telah membantu dan menolong kita untuk memahami apa yang dituliskan dalam Kitab Suci. Sefer Tehilim (Kitab Mazmur) 139:13-16 berkata:

�Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya�

Frasa, �kejadianku dahsyat dan ajaib� (noraot nifleti niflaim maasheka) tergambar dari penelitian sains yang baru saja kita dengarkan perihal perlombaan sperma bertemu sel telur di tuba falopi dan dari sekian juta sperma, hanya satu yang bakal bertemu sel telur dan menentukan nasib seseorang janin manusia. Sungguh luar biasa!

Frasa, �mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya� (golmi ra�u eyneka, we al sifreka kulam yikatevu yamim yutsaru  welo ekhad bahem) menegaskan bahwa nasib dan takdir manusia telah diketahui dan dituliskan oleh Tuhan YHWH, Sang Pencipta langit dan bumi.

Pernyataan ini jangan dimaknai sebagai sebuah bentuk sikap fatalis dan melepaskan diri dari tanggung jawab sebagai manusia yang dibentuk dan diciptakan dari sebuah keunikan. Kalimat we al sifreka kulam yikatevu yamim yutsaru  (dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk) lebih memperlihatkan kemahatahuan Tuhan dan rencana/rancangan yang telah Tuhan tetapkan untuk diri kita.

Ayat tersebut bukan untuk menyandera kita merancang masa depan dan membebaskan seluruh potensi dan harapan kita. Jalani hidup dengan memaksimalkan seluruh potensi dan talenta diri kita. Jangan berhenti memahat patung Anda sendiri, kata filsuf Plotinus. Kita akan tahu nasib dan takdir kita jika kita telah menyelesaikan semua tugas kita di bumi.

Anda dan saya adalah ciptaan unik. Anda dan saya bukanlah sebuah kebetulan melainkan ciptaan yang dirancang dari sebuah perjuangan untuk menjadi mahluk hidup. Marilah kita menjadi manusia yang senantiasa berjuang untuk membentuk kehidupan kita yang lebih baik di masa mendatang. Tuhan menolong kita

BERKATA BAIK


https://redeeminggod.com

Suatu ketika seorang anak begitu marah dan saat pulang ke rumah, menumpahkan semua kekesalannya kepada sang ayah. Sang ayah bertanya kepada anak tersebut, apa yang membuatnya begitu marah. Sang anak berkata bahwa dia sedang kesal dengan seorang teman bermainnya. Sang Ayah bertanya apakah orang tersebut pernah kamu buat kesal? si anak berkata pada ayahnya, -Iya Ayah", -apakah kamu sudah meminta maaf padanya?- si Anak menjawab "Tidak ... Ayah".


Ayahnya kemudian berkata, "Pantas iya masih marah padamu". Anak tersebut bertambah marah seolah-olah ayahnya tidak memberikan solusi padanya. Kemudian ayahnya memberikan sebuah palu dan sebuah paku serta memerintahkan agar anaknya menancapkan paku tersebut pada sebatang kayu. Anak tersebut kemudian l melaksanakan perintah ayahnya. Setelah melakukan apa yang diperintahkan ayahnya, anak tersebut melapor pada ayahnya dan aang ayah berkata "Jika kamu lagi kesal dan marah ambillah palu dan paku terus tancapkan ke kayu itu. Begitulah yang terus dilakukan sang anak jika lagi kesal pada seseorang.
Suatu ketika ayahnya bertanya kembali kepada anaknya, "Nak, Apakah rasa kesal dan marahmu sudah hilang?- Sang anak menjawab, -Iya Ayah-. Sekarang ayah memerintahkan padamu nak, untuk mencabut kembali paku yang telah kamu tancapkan pada kayu itu. 

Tidak berapa lama anaknya melaksanakan perintah ayahnya. Setelah semua paku yang tertancap sudah dicabut semua, sang ayah berkata, �Lihatlah apa paku tersebut meninggalkan bekas?�  Sang anak menjawab, �Tentu saja ayah". 
Jika kamu dapat mengambil makna dari bekas paku tersebut pasti kamu tidak akan berbuat kesalahan lagi pada orang lain. Sang Dengan nada bingung sang anak bertanya, �Maksud ayah?" Dengan sabar sang ayah menjelaskan, "Paku itu itu ibarat perkataan kasarmu yang membuat orang terluka dan palu itu adalah kemarahanmu yang engkau lampiaskan, sedangkan kayu itu adalah hati orang yang telah kamu sakiti, setelah engkau minta maaf itu ibarat paku yang telah kamu cabut dari kayu tersebut, tetapi ada bekas yang tertinggal pada paku tersebut, itu ibarat hati orang yang telah kamu sakiti walau kamu telah meminta maaf tetap masih meninggalkan luka. Oleh karrena itu pesan yang terkandung adalah janganlah engkau menyakiti orang lain, karena itu menyakitkan dan meninggalkan bekas yang lama untuk hilangnya�. Si Anak dengan penuh penyesalan bertekad untuk tidak berbuat kesalahan yang membuat hati orang lain terluka
Efesus 4:29-32 berkata, �Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Tuhan, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang  terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Tuhan di dalam Mesias telah mengampuni kamu�.

Kita bisa memilih untuk �berkata kotor� (logos sapros) atau �berkata baik� (logos agathos). Jika perkataan kotor berdampak buruk bagi pikiran dan perasaan seseorang, bukankah sebaiknya kita memilih untuk berkata baik? Karena berkata baik (logos agathos) itu bersifat �membangun� (oikodomen). Setiap perkataan buruk yang kelar dari mulut kita bukan hanya melukai orang lain namun �mendukakan Roh Kudus dari Tuhan� (lupeite to Pneuma to Hagion tou Theou).
Menjadi orang Kristiani adalah menjadi orang bebas dan merdeka. Bukan bebas dan merdeka berkata apa saja dan melakukan apa saja. Sebaliknya, bebas dan merdeka dari perkataan kotor dan perbuatan buruk.
Bebaskan diri kita dari perkataan kotor, cabul, keji dan perbuatan jahat serta tercela dengan �membuangnya� (arthetoo ap humon) dari kehidupan kita. Kiranya Tuhan menolong dan memberikan kekuatan kepada kita

Thursday, 23 July 2020

MENJAGA STAMINA SPIRITUAL DENGAN SENANTIASA BERPENGHARAPAN

theblazingcenter.com

Apa yang kita alami dan rasakan saat kehidupan kita dihujani sejumlah persoalan yang tidak berhenti dan bertubi-tubi mendatangi silih berganti? Tentu sebuah kesedihan dan kekecewaan bukan? Sebagaimana sebuah pepatah, �sudah jatu tertimpa tangga pula� untuk menggambarkan keadaan yang menyakitkan yang melipatgandakan kesedihan dan kekecewaan. 

Gambaran itupun dapat kita lihatt dalam Kitab Ratapan 3:1-20. Membaca ayat demi ayat, kita akan merasakan sebuah perasaan dan pikiran yang dipenuhi dengan ungkapan kekecewaan, kesedihan, rasa sakit, keluh kesah, kepedihan sebagaimana tergambar dalam kalimat, �Ia menyusutkan dagingku dan kulitku, tulang-tulangku dipatahkan-Nya. Ia mendirikan tembok sekelilingku, mengelilingi aku dengan kesedihan dan kesusahan. Ia menempatkan aku di dalam gelap seperti orang yang sudah lama mati. Ia menutup segala jalan ke luar bagiku, Ia mengikat aku dengan rantai  yang berat� (Rat 4:1-7). Demikian pula pada ayat selanjutnya kita mendapatkan gambaran keluhan yang sama, �Ia mengenyangkan aku dengan kepahitan, memberi aku minum ipuh. Ia meremukkan gigi-gigiku dengan memberi aku makan kerikil; Ia menekan aku ke dalam debu� (Rat 4:15-16).

Namun keluhan dan ratapan ini berhenti hanya sampai ayat 20 karena pada ayat berikutnya menjadi sebuah titik balik yang mengubah keadaan sebagaimana dikatakan, ????? ???????? ??????????? ????????? ????????? (zot ashiv el libi �al ken okhil) yang artinya �Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap�. Sementara Young�s Literal Translationmenerjemahkan, This I turn to my heart -- therefore I hope� (Oleh karenanya aku berpaling ke dalam hatiku, maka aku berharap).

Penulis Kitab Ratapan tidak terus menerus berkeluh kesah dan membiarkan kesedihan menguasai dirinya melainkan mengambil keputusan untuk berpaling kepada hal yang mendatangkan pengharapan. Apakah itu? Ratapan 3:22-24 berkata:

 ????????? ??????? ????? ???????????? ????? ?????????? ??????????

Khasdey YHWH ki lo tamnu, ki lo kalu rakhameka 

(Tak berkesudahan kasih setia YHWH,  tak habis-habisnya  rahmat-Nya)

?????????? ???????????? ??????? ????????????? 

Khadashim labeqarim rabah emunateka 

(Selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu)

  ???????? ??????? ???????? ????????? ????????? ???????? ????

Khelqiy YHWH amrah nafshi al ken okhil lo 

(YHWH adalah bagianku,  kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya)

Penulis Kitab Ratapan memutuskan untuk memperhatikan hal-hal yang menimbulkan harapan (okhil) yaitu, Kasih setia YHWH (khasdey YHWH) yang tidak berkesudahan dan rahmat YHWH (rakhamey YHWH) yang tidak habis-habisnya. Bahkan selalu baru setiap pagi (khadashim labeqarim).

Jika kita hanya memfokuskan kepada persoalan yang saat ini bertubi-tubi menghabisi keyakinan kita kepada kuasa Tuhan. Jika kita hanya berkeluh kesah dengan semua tekanan yang saat ini bertubi-tubi melumpuhkan semangat untuk menemukan jalan keluar. Jika kita saat ini hanya berfokus pada kesulitan ekonomi yang tiba-tiba membuat kita pailit. Jika kita hanya meratapi rasa sakit yang kita derita hingga menurunkan gairah hidup kita. Jika kita hanya berhenti pada keluh kesah meratapi semua keadaan negatif tersebut maka habislah hidup kita.

Jika kita ingin mengubah keadaan, maka dibutuhkan sebuah kekuatan ekstra. Apakah itu? Pengharapan kepada Tuhan yang hidup dan benar! Mengapa pengharapan? Karena saat kita masih memiliki pengharapan maka kita dapat berfikir jernih dan menemukan jalan keluar.

Bagaimana agar kita tetap dapat berpengharapan kepada Tuhan yang hidup dan benar? Sebagaimana yang dilakukan penulis Kitab Ratapan yaitu memperhatikan ke dalam hatinya untuk menemukan kebenaran bahwa kasih setia dan rahmat YHWH itu tidak berkesudahan, tidak habis bahkan selalu baru setiap pagi. Bahkan di saat kita mengalami semua keadaan negatif dan buruk sekalipun.

Itulah sebabnya saat kita berpaling kepada Tuhan dan berfokus pada kasih setia-Nya, rahmat-Nya, kebaikan-Nya, anugrah-Nya, kekuatan-Nya maka akan timbul pengharapan dan stamina spiritual yang membuat kita tetap tegar berdiri di saat badai mengantam.

Dengan perspektif Ilahi tersebut, di mana kita menaruh pengharapan pada Tuhan maka kita akan dapat melihat bahwa semua yang terjadi dalam kehidupan kita bukan tanpa sebuah tujuan.

Dengan perspektif Ilahi tersebut kita dapat mengerti bahwa, �YHWH adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia. Adalah baik menanti dengan diam   pertolongan YHWH� (Rat 3:25-26).

Dengan perspektif Ilahi tersebut kita dapat mengerti bahwa, �Adalah baik bagi seorang pria memikul kuk pada masa mudanya. Biarlah ia duduk sendirian dan berdiam diri  kalau YHWH membebankannya. Biarlah ia merebahkan diri dengan mukanya dalam debu,  mungkin ada harapan. Biarlah ia memberikan pipi kepada yang menamparnya,  biarlah ia kenyang dengan cercaan� (Rat 3:27-30)

Dengan perspektif Ilahi tersebut kita dapat mengerti bahwa, �Karena tidak untuk selama-lamanya Tuhan mengucilkan.  Karena walau Ia mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut kebesaran kasih setia-Nya� (Rat 3:31-32)

Jika saat ini Anda dikelilingi oleh berbagai persoalan yang menekan dan menghimpit keyakinan kita pada Tuhan, maka jangan hanya berfokus pada persoalan dan mengulang-ulang berkeluh kesah. Sebaliknya, kita berpaling pada sumber kekuatan abadi yang tidak pernah habis yaitu kasih setia dan rahmat Tuhan YHWH Sang Bapa Surgawi di dalam Yesus Sang Putra.

Saat kita berpaling pada-Nya maka kita akan mendapatkan sebuah pengharapan dan pengharapan itu akan menjadi sebuah stamina spiritual yang memampukan kita melewati setiap persoalan yang kita hadapi.

Kemampuan kita menyelesaikan setiap persoalan semakin menyempurnakan kedewasaan dan keutuhan diri kita sebagai manusia ciptaan Tuhan. Kita masih harus menyelesaikan eksistensi diri kita dengan mengambil pilihan dan melakukan apa yang benar dalam situasi kehidupan yang diperhadapkan pada diri kita


Thursday, 16 July 2020

MENGUBAH KEBIASAAN

cronuspersonaltraining.com
Para ilmuwan mempelajari suku asli di Amerika Selatan yang warganya mati sebelum waktunya selama beberapa generasi. Setelah diselidiki secara menyeluruh, penyebab kematian dini ditemukan. Penyakit ini ditularkan oleh serangga yang hidup di dinding rumah mereka. Informasi baru ini menyajikan beberapa opsi. 


Pertama, mereka dapat pindah ke daerah lain di mana serangga seperti itu tidak ada. Kedua, merobohkan rumah mereka dan membangun kembali mereka. Ketiga, menggunakan insektisida untuk membersihkan rumah mereka dari serangga. Keempat, melanjutkan seperti yang mereka miliki dan mati lebih awal.
Anehnya, orang-orang ini memilih untuk tetap seperti mereka dan tidak melakukan apa pun tentang masalah mereka. Banyak orang berperilaku serupa. Untuk menyelamatkan diri, mereka tahu apa yang harus mereka lakukan namun mereka memilih untuk tetap tidak berubah. 
Mengubah kebiasaan memang tidak mudah. Apa yang terus menerus kita lakukan telah menjadi sebuah kebiasaan dan membentuk kesadaran dan perilaku. Dibutuhkan keberanian untuk berubah dan keluar dari lingkaran kebiasaan dan gaya hidup yang dibentuk sejak lama. 

Demikianpula dengan kehidupan yang berkubang dosa. Tanpa penyingkapan Firman Tuhan kita tidak mengerti mana yang benar dan mana yang tidak benar, mana yang kudus dan mana yang najis. 
Firman Tuhan menyingkapkan kepada kita pengetahuan dan menelanjangi kebodohan. Namun kita kerap mengabaikan persoalan ini dan lebih senang berkubang dalam kehidupan yang berdosa. 1 Petrus 2:2-3 berkata, �supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan  manusia, tetapi menurut kehendak Tuhan. Sebab telah cukup banyak waktu  kamu pergunakan untuk melakukan kehendak orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. Kamu telah hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang�. 
Itulah sebabnya, sepanjang masih ada waktu yang disebut hari ini, biarlah kita menjadikan hati dan telinga kita terbuka pada kebenaran dan dibentuk oleh kebenaran. Seperti dikatakan Yakobus 4:17, �Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa�. 
Sebelum segala sesuatunya menjadi terlambat, maka dengarlah suara Tuhan yang berbicara dalam berbagai bentuk di setiap kehidupan yang kita jalani. Jika kita ditegur, maka berbesar hatilah dan berubahlah demi kebaikan diri kita dan masa depan kita

Friday, 10 July 2020

TERUS BERJALAN DI TENGAH BADAI


Roni Bersama ayahnya sangat suka berpergian bersama. Bagi Roni bepergian bersama ayahnya adalah momen terbaik karena mereka bisa bercerita banyak di mobil, masa muda ayahnya dapat iya dengarkan ketika mereka bersama. Beliau seakan tidak pernah kehabisan akal untuk menceritakan berbagai hal menarik. 

Suatu hari Roni dan ayahnya berkendara menuju sebuah tempat dengan mengendarai mobil, Roni lah yang mengemudikan mobil tersebut. Di tengah perjalanan mereka, terlihat awan kelam menyelimuti langit dan angin kencang. Langit semakin gelap dan awan bertiup kencang kemudian turun hujan yang sangat lebat, badai itu begitu hebat. 

Terlihat beberapa kendaraan mulai menepi, Roni dengan wajah gelisah bertanya kepada ayahnya �Ayah apakah kita juga menepi?� �Teruslah mengemudi�jawab ayahnya dengan singkat. Roni terus mengemudi, angin semakin kencang dan pohon-pohon mulai tumbang suasana semakin menakutkan, terlihat mobil-mobil besar mulai menepi. Roni bertanya lagi kepada ayahnya �Ayah bagaimana ini?� tanyanya dengan resah. �Teruslah mengemudi� sahut ayahnya dengan terus melihat kedepan. 

Hujan semakin deras, jarak pandang semakin sulit untuk melihat dan angin begitu hebat mengguncang mobilnya. Roni berusaha mengemudikan mobilnya dengan perlahan, setelah beberapa kilometer cuaca mulai membaik dan hujan sudah berhenti dan akhirnya mereka sampai di daerah yang kering dan matahari bersinar. �Sekarang kalau kau mau berhenti dan keluar silahkan� kata ayahnya sambil tersenyum. �Kenapa sekarang?� tanya Roni heran. �Agar kau bisa melihat keadaan dirimu seandainya kamu berhenti di tengah badai�. Roni pun keluar dari mobil dan melihat dibelakangnya badai terus berlangsung, ia teringat mobil-mobil yang berhenti disana. �Jangan pernah berhenti walaupun di tengah badai�

Dalam menjalani hidup ini, kita selalu ditemani olah Bapa sorgawi dan terus menyertai kita dalam kesulitan. Sebesar apapun masalah kita, teruslah berjalan menghadapi itu karena ada Bapa yang mendampingi kita semua. Sebagaimana dikatakan, �Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian YHWH sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu� (Mzm 103:13-14). 

Hubungan Tuhan dan umat-Nya bukan sekedar digambarkan dengan istilah Tuan dan hamba melainkan Bapa dan anak-anaknya. Sebagaimana bapa kita secara jasmani mendampingi dan menyertai anak-anaknya, demikianlah Tuhan YHWH dan Bapa surgawi di dalam Yesus Sang Mesias, Putra-Nya Yang Tunggal akan mendampingi kita anak-anak-Nya agar terluput dari marabahaya.

Thursday, 2 July 2020

SIKAP YANG BERKENAN DI HADAPAN TUHAN SAAT BERIBADAH

Kristen Orthodox Lalibela, Etiophia-wondermagazine.blueflower.la

Setiap agama memiliki aturan atau dalam bahasa Arab disebut �syariat�, baik yang berkaitan dengan peribadatan (interaksi dengan Tuhan) maupun yang berkaitan dengan kehidupan sosial keseharian (interaksi dengan sesama). Berbicara mengenai interaksi manusia dengan Tuhan dan interaksi manusia dengan manusia, Torah mengajarkan, "kasihilah YHWH Tuhanmu" dan "kasihilah sesamamu manusia" (Ul 6:5)

Istilah "syariat" artinya "aturan". Karena istilah ini lebih sering muncul dalam kosa kata keagamaan Islam, maka kita kutipkan bagaimana istilah ini ditempatkan dalam sebuah ayat. Sebagai contoh dikatakan dalam Qs 5 (Al Maidah):48 sbb, "Untuk setiap umat di antara kamu  Kami jadikan peraturan dan jalan yang terang" (likulin ja'alna minkum syir'ataw wa minhaja).

Lantas, bagaimana dengan Kekristenan? Apakah Kekristenan tidak memiliki syariat agama dikarenakan kita kerap mendengar pernyataan, �Kekristenan bukan agama melainkan hubungan pribadi dengan Tuhan� atau �Kekristenan bukan agama syariat melainkan agama hakikat� dll?

Ujung dari semua pernyataan tersebut terkadang menghasilkan sikap hidup �Antinomistik� atau bersikap antipati terhadap berbagai aturan lahiriah yang sejatinya tertulis dalam Kitab Perjanjian Lama (TaNaKh: Torah, Neviim, Ketuvim) maupun Kitab Perjanjian Baru.

Kekristenan, sebagai kelanjutan Yudaisme tentu saja memiliki �syariat� atau �aturan�. Dalam bahasa Ibrani diistilahkan �halakah� dari kata �halak� atau �yalak� yang artinya �berjalan�. 

Ulangan 10:12 menuliskan, �Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh YHWH Tuhanmu selain dari takut akan YHWH Tuhanmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada YHWH Tuhanmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu".

Yudaisme Karaite - meqorhayim.blogspot.com

Frasa, �hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya� dalam bahasa Ibrani, ???? ?????????(laleket bekol derakaiw) . Kata �laleket� dari kata �yalak� (berjalan) dan kata �derakaiw� dari kata �derek� (jalan yang dilalui). Makna kalimat �hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya� bahwa sebagai orang beriman kita memiliki sejumlah aturan atau tata cara yang harus dipatuhi baik berkaitan dengan peribadatan maupun perilaku kehidupan keseharian.

Demikian pula Yesus tidak datang untuk menentang sistem agama agama sebagaimana beliau bersabda, �Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar  dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga� (Mat 5:20). Arti sabda Yesus sudah jelas bahwa setiap murid-murid Yesus harus memiliki hidup keagamaan yang melampaui praktik hidup ahli-ahli Torah (soferim) dan orang-orang Farisi (prushim).

Mengenai adab dan syariat berdoa, Yesus bersabda, "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik..." (Mat 6:5). Mengenai adab dan syariat berpuasa, Yesus bersabda, "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik" (Mat 6:16). 

Kristen Orthodox Lalibela, Etiophia-wondermagazine.blueflower.la

Mengenai adab dan syariat bersedekah, Yesus bersabda, �Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu�(Mat 6:3). Mengenai adab dan syariat memutus rantai dendam, Yesus bersabda, �Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat  kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu� (Mat 5:39).

Kitab Ibrani 12:28 menuliskan perihal adab dan syariat saat beribadah sbb: "...marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Tuhan menurut cara yang berkenan kepada-Nya dengan hormat dan takut". Beribadah yang diperkanan kepada Tuhan (?at?e??�e? e?a?est?? t? ?e? - latreuoomen euarestos too Theoo) adalah �sikap hormat dan takut� (�eta e??a�e?a? ?a? de???  - meta eulabeias kai deous). 

Berdasarkan kajian teks Ibrani 12:28  di atas maka saat beribadah individual/komunal bersikaplah yang sopan baik dalam pakaian dan sikap tubuh.

Yang dimaksudkan berpakaian sopan adalah jangan menggunakan pakaian yang bisa menimbulkan prasangka negatif pada orang lain atau dikarenakan kita tidak tepat menggunakan pakaian yang seharusnya dipakai saat bersantai di rumah namun dipergunakan dalam ibadah komunal.

Yang dimaksudkan dengan sikap tubuh adalah jangan memperlihatkan sikap kaki atau tangan tertentu yang tidak tepat dipergunakan (memasukkan tangan dalam kantong atau menyilangkan kaki) saat menaikan doa atau membaca bagian-bagian teks Kitab Suci dalam sebuah liturgi.

Marilah kita memperbaiki sikap-sikap yang selama ini masih keliru dalam memahami dan menghayati tindakan berbadah baik ibadah individual maupun ibadah komunal. 

Kita tidak bisa berdalih dengan sekedar berkata, �yang penting sikap hati tinimbang apa yang diperlihatkan oleh tindakan kita�. Bukankah apa yang terlihat secara lahiriah merupakan cerminan apa yang terjadi secara batiniah? Jika kita menghormati Tuhan, bagaimana mungkin kita mengambil sikap tubuh yang tidak menghormati kekudusan-Nya? Tuhan menolong kita.


Thursday, 25 June 2020

KITA MEMERLUKAN KECERDIKAN


Gambar: https://www.washingtonpost.com

Sejak awal Juni, pemerintah telah memberlakukan sebuah kebijakan baru dalam merespon pandemi Covid-19 dengan istilah �New Normal�. Secara hurufiah, istilah �new normal� bermakna kenormalan yang baru. Namun secara semantik istilah �new normal� hendak menyampaikan sebuah konsep mengenai kehidupan keseharian khususnya keekonomian yang berjalan kembali setelah beberapa waktu lamanya terhenti dikarenakan panemi Covid-19. Kehidupan keseharian yang kembali normal ini diiringi dengan kebaruan yang berbeda dengan sebelumnya. Ada tata nilai dan tata perilaku yang berbeda yang diberlakukan. Itulah sebabnya disebut normal yang baru.

Bentuk kenormalan baru berkaitan dengan menyiasati pandemi Covid-19 adalah dengan diberlakukannya protokol kesehatan berupa, menggunakan masker kemanapun pergi, tidak bersentuhan tangan saat berjabatan tangan, membasuh tangan ketika akan memasuki rumah atau kawasan tertentu, menjaga jarak saat duduk dalam sebuah pertemuan atau berdiri mengantri di pusat perbelanjaan. Belum lagi sejumlah peraturan birokrasi yang berkaitan dengan mengadakan perjalanan jauh ke suatu kota dengan menggunakan jasa pesawat terbang atau kereta api.

Menyikapi pandemi Covid-19 yang menjadi menjadi problem global semua negara dan diberlakukannya sejumlah protokol kesehatan, bagi sebagian kalangan tertentu dianggap menyulitkan, merepotkan bahkan mencerminkan bentuk ketidakberimanan pada Tuhan yang menjadi sumber perlindungan.

Namun apakah benar bahwa cara pemerintah dan juga komunitas umat beriman yang mematuhi protokol kesehatan secara demikian mencerminkan sikap ketidakberimanan dan hanya menggantungkan diri pada kekuatan ilmu pengetahuan? Sefer Mishley 27:12 mengatakan demikian:
??????? ?????? ?????? ????????? ??????????? ???????? ???????????

(Arum raah ra'a nishtar, petayim avru neenashu)

�Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka� (Ams 27:12). Kata Ibrani ??????? (arum) diterjemahkan secara berbeda oleh Lembaga Alkitab Indonesia menjadi, �telanjang� sebagaimana dalam ungkapan, �Mereka keduanya telanjang� (wayihyu seneyhem arumim - Kej 2:25). Di bagian lain diterjemahkan �cerdik� sebagaimana dikatakan, Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh YHWH Tuhan� (wehanakhash hayah arum mikkol hayat hashadeh asyer asyah YHWH Elohim - Kej 3:1).

Akan lebih tepat jika kata ??????? (arum) dalam Amsal 27:12 diterjemahkan dengan �cedik� tinimbang �bijaksana� yang biasanya dipergunakan untuk menerjemahkan kata ??????  (khakam) sebagaimana dalam Amsal 3:7, �Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan YHWH dan jauhilah kejahatan� (al tehi khakam beeyneka yera et YHWH wesur mera�).

Lantas apa bedanya �bijaksana� dan �cerdik?� Amsal 24:3-4 membedakan antara �hikmat� (khokmah), �kepandaian� (binah), �pengertian� (da�at) sebagaimana dikatakan, �Dengan hikmat rumah didirikan, dengan kepandaian itu ditegakkan, dan dengan pengertian kamar-kamar diisi dengan bermacam-macam harta benda yang berharga dan menarik�. Dengan merujuk pada pemilahan ini maka �bijak/bijaksana� (khakam) lebih menunjukkan keluasan pengetahuan dan pemahaman kerohanian yang menentukan sebuah sikap dan tindakan. Sementara �cerdik� lebih menunjukkan pada kemampuan membaca situasi sebelum mengambil sebuah keputusan.

Memiliki kecerdikan bukan sebuah kejahatan hanya dikarenakan ular dikatakan sebagai hewan paling cerdik di antara hewan yang diciptakan Tuhan. Toch Yesus Sang Mesias dan Juruslamat kita bersabda, �Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular (ginesthe oun pronimoi hos hoi opheis) dan tulus seperti merpati� (Mat 10:16).

Melalui analisis teks Amsal 27:12 di atas maka kita bisa meletakkan keputusan pemerintah atau sikap mematuhi protokol pemerintah dalam mencegah perkembangan pandemi Covid-19 merupakan sikap yang mencerminkan �kecerdikan� (arum) dalam mengatasi pandemi.

Mematuhi protokol pemerintah � sejauh tidak merampas hal prinsipil dalam berkeyakinan � adalah sikap Kristiani (Rm 3:1-7, 1 Ptr 2:13-14, Tit 3:1-2). Mematuhi sejumlah protokol kesehatan adalah salah satu bentuk �kecerdikan� dalam menghadapi pandemi Covid-19. Bukankah situasi menghadapi pandemi ini adalah situasi �pertempuran?� Dalam situasi pertempuran dibutuhkan �strategi� dan �kecerdikan� bukan?

Lantas bagaimana dengan teks-teks Kitab Suci yang menegaskan kuasa Tuhan terhadap sakit penyakit serta perlindungan yang dijanjikan-Nya (Mzm 91:1-16, Mrk 16:17-18, Yoh 14:14 dll)? Sederhana saja penjelasannya. Apakah selama ini jika kita sakit flu atau demam hanya cukup mengatasinya dengan berdoa atau meminum obat sesuai dengan dosis yang dianjurkan? Apakah selama ini jika ada orang mengalami sakit stroke dan gangguan jantung dsj kita cukup mendoakan atau menyerahkan kepada rumah sakit unuk dirawat dan disembuhkan?

Tuhan YHWH, Bapa Surgawi itu berkuasa, Ya dan Amen. Yesus Sang Mesias Putra-Nya Yang Tunggal itu berkuasa mengatasi segala penyakit, Ya dan Amin. Namun bukan bermakna kita sama sekali tidak dapat disentuh oleh sakit penyakit. Ayat-ayat di atas (Mzm 91:1-16, Mrk 16:17-18, Yoh 14:14 dll ) adalah sebuah kekuatan agar kita tidak hanya menggantungkan harap pada kekuatan manusia belaka melainkan pada kuasa Tuhan. Namun demikian kita tidak boleh berlaku takabur dan ceroboh seolah-olah kita menjadi orang kebal dan sakti dari penyakit apapun.

Justru saat kita sakit, kita menggunakan obat hasil ilmu pengetahuan yang diberikan Tuhan namun serentak memohon kesembuhan oleh kuasa Tuhan. Obat dan doa adalah alat yang dipakai untuk mendapatkan kesembuhan. Jika Tuhan YHWH bisa menggunakan �garam�(2 Raj 2:21) dan �sepotong kayu� (Kel 15:25) menjadi media kesembuhan, mengapa kita harus menyebutkan tidak beriman obat-obatan modern dan protokol kesehatan yang didesain kedokteran?

Akhir kata, marilah kita menjalani aktivitas kehidupan keseharian dengan melandaskan pada iman dan pengharapan pada karya dan kuasa Tuhan serta berlaku cerdik dalam segala situasi.Karena kecerdikan menjadi salah satu kemampuan yang meluputkan kita dari malapetaka


Thursday, 4 June 2020

KEMAH, SEBAGAI SIMBOLISASI KESEMANTARAAN HIDUP


Kemah, adalah sebuah alat yang dipergunakan untuk menghindari panas dan hujan dengan didirikan di suatu tempat tertentu dengan tujuan sementara. Para pendaki gunung, tentara, tim SAR sangat familiar dengan penggunaan kemah. Demikian pula sejak zaman Israel kuno, kemah-kemah sudah familiar dipergunakan untuk melindungi dari panas terik dan hujan. 

Rasul Paul sangat akrab dengan kata kemah karena selain beliau pernah menjadi anggota Sanhedrin (Kis 26:10) beliau juga menekuni pekerjaan membuat kemah (skenopoio te techne, Kis 18:3). 

Karena itu sangat mungkin Rasul Paul menggunakan kemah sebagai analogi untuk membandingkan dengan tubuh dan kehidupan manusia yang fana atau sementara saat menuliskan, �Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar�, (2 Kor 5:1). 

Kata Yunani kataluthe dari kata kataluo yang artinya �dihancurkan�, �dibongkar�, mengindikasikan sifat remanen (sementara) dari kemah. Demikian pula kehidupan yang kita jalani di dunia tidak akan seterusnya berlangsung. Akan ada suatu masa dimana kehidupan kita berhenti � entah karena usia tua, sakit, bencana dll � dan kemah kehidupan kita yaitu tubuh kita akan dibongkar. 

Bagi orang Kristen, kematian bukan akhir yang menakutkan melainkan pintu masuk menuju kenyataan surgawi dimana janji Tuhan dinyatakan sebagaimana dikatakan, ��Tuhan telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia�. 

Lantas apakah yang seharusnya kita kerjakan selama berada dalam dunia yang fana ini? Rasul Paul menuliskan agar kita selayaknya hidup berkenan padanya (2 Kor 5:9). Jangan terlena dengan Anugrah dan Kasih Karunia Tuhan berupa keselamatan dan kehidupan kekal yang diberikan sehingga kita tidak menjaga kehidupan baru dalam terang anugrah Tuhan dan lupa berbuat kebajikan. 

Perbuatan baik adalah buah dan bukti kehidupan baru di dalam Yesus Sang Mesias dan pada suatu hari kelak kita semua akan mempertanggungjawabkan semua perbuatan yang telah kita kerjakan, baik atau buruk, di hadapan tahta Mesias sebagaimana dikatakan, �Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Mesias, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat� (2 Kor 5:10). 

Ingatlah, bahwa saat kita berbaring dalam keabadian dan menantikan Hari Kebangkitan dan Hari Pengadilan, perbuatan kitalah yang menyertai kita sebagaimana dikatakan, "Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka" (Why 14:13)

Persiapkanlah diri kita untuk mempertanggungjawabkan kehidupan yang kita jalani di masa kini. Buah apa yang telah kita hasilkan setelah menerima karya penebusan oleh kematian Yesus Sang Mesias di kayu salib? Jejak kehidupan yang baik atau jejak kehidupan yang buruk yang telah kita tinggalkan dalam lintasan kehidupan yang dipercayakan Tuhan?

TERTULIS DI BUMI ATAU TERTULIS DI SORGA?


Dalam Yeremia 17:5-6, dikatakan bahwa orang yang mengandalkan manusia adalah terkutuk dan kondisi keterkutukkan itu digambarkan bagai �semak bulus di padang belantara yang tidak pernah menghasilkan apapun� dan �tinggal di tanah hangus di padang gurun serta padang asin�. 

Sebaliknya orang yang mengandalkan YHWH dikatakan memperoleh berkat dan digambarkan bagai �pohon yang di tanam di tepi air dan merambatkan akarnya di tepian air serta daunnya tetap menghijau sehingga tidak mengalami kekeringan dan berbuah terus menerus�. 

Kata Ibrani yitbakhkata dasarnya batakh yang artinya �yakin�. Jadi kondisi keterkutukkan dan keberkatan ditentukkan pada keyakinan yang diletakkan pada siapa. Pada Tuhan atau pada diri sendiri. Di era modern dan teknologi informasi ini kita kerap menghadapi realita yang berkebalikkan. Justru ketika orang melepaskan diri dari orientasi dan kemelakatan pada Tuhannya justru mereka mengalami kemakmuran, kesuksesan, kekayaan. 

Namun apalah artinya sebuah kekayaan, keberhasilan, kesuksesan jika proses untuk memperoleh semua itu melanggar hukum Tuhan dan melanggar hukum negara sehingga berakhir di hotel prodeo alias penjara? Namun apalah artinya kemakmuran, kesuksesan, kekayaan jika kita tidak mendapatkan ketenangan dan ketentraman di hati dan pikiran kita? 

Dari sinilah kita bisa menghayati dan memaknai secara mendalam arti pernyataan orang yang diberkati dan digambarkan seperti, �pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah� (Yer 17:8). 

Yang menarik adalah ungkapan dalam Yeremia 17:13, dimana orang yang telah meninggalkan dan melupakan YHWH disebutkan, �dilenyapkan di negeri�. Kalimat ini tidak menuliskan selengkap teks aslinya dalam bahasa Ibrani. Kalimat yang hilang adalah, �baarets yikatevu ki asvi�(namanya tercatat di bumi karena telah murtad dari-Ku). 

Ya, mereka yang mengejar polularitas belaka, mereka yang mengejar kemuliaan fana yang melekat pada harta dan kedudukan dan jabatan serta menyakini kekuatan dirinya sebagai penentu nasib dan masa depannya hanya akan dikenang oleh penduduk bumi dan tertulis di nisannya belaka namun tidak tertulis di buku kehidupan. 

Marilah kita menjadi orang-orang yang meyakini Tuhan YHWH di dalam Yesus Sang Putra dan Mesias serta Juruslamat kita sebagai air hidup dan sumber berkat sejati.