Latest News

Wednesday, 25 December 2019

MENGHADAPI MASA DEPAN


Kehidupan, selalu terdiri dari tiga rentangan waktu yaitu masa lalu, masa kini dan masa depan. Beberapa orang berpengaruh kerap mengutip adagium ini, �Yesterday is history, tomorrow is a mystery, today is a gift of God, which is why we call it the present� (Kemarin adalah sejarah dan masa depan adalah misteri. Hari ini adalah karunia Tuhan, itulah sebabnya kita menyebutnya hari ini). Masa depan, selalu menimbulkan keingintahuan. 

Apakah di masa depan kita akan sukses? Apakah di masa depan kita akan mendapatkan jodoh? Apakah di masa depan kita akan mendapatkan pekerjaan? Apakah di masa depan kita akan dipecat dari pekerjaan? Apakah di masa depan kita masih diberikan kesempatan kehidupan? 

Tidak ada satupun yang memiliki kepastian detail demi detail kehidupan yang akan kita jalani di masa depan. Itulah sebabnya sejumlah orang berusaha mengintip masa depan. Dengan cara apa? Dengan bertanya pada jasa para cenayang. 

Di era modern dan teknologi informasi ini, perang cenayang bukan menghilang melainkan semakin dibutuhkan. Merekapun telah bertransformasi dalam pakaian dan metodologi. Tidak lagi berambut gondrong ataupun berpakaian aneh-aneh dengan dupa membubung dan aneka bunga merubung. Mereka tampil dengan modis dan stylish menyesuaikan dengan era masa kini untuk menjual �informasi� masa depan. 

Bagaimana orang Kristen harus menyikapi masa depan? Sebuah lagu dengan judul �Tak Kutahu Kan Hari Esok� merefleksikan sebuah keyakinan terhadap penyertaan Tuhan sekalipun terkadang masa depan penuh ketidakpastian sbb: Bait 1. Tak ku tahu kan hari esok/Namun langkah ku tegap/Bukan surya yang ku harapkan/Kar'na surya kan lenyap/Oh tiada ku gelisah/Akan masa menjelang/Ku berjalan serta Yesus/Maka hati ku tenang. Refr: Banyak hal tak ku pahami/Dalam masa menjelang/Tapi t'rang bagi ku ini/Tangan Tuhan yang pegang/ Bait 2. Tak ku tahu kan hari esok/Mungkin langit kan gelap/Tapi Dia yang berkasihan/Melindungi ku tetap/Meski susah ku perjalanan/Glombang dunia menderu/Di pimpin-Nya ku bertahan/Sampai akhir langkah ku/. 

Masa depan harus dihadapi diantara dua titik ekstrim batu karang over optimis dan over pesimism. Itulah sebabnya Yakobus mengingatkan agar jangan berlebihan menyikapi masa depan. Sebaliknya, keyakinan pada kuasa Tuhan sebagai titik tengah diantara dua karang ekstrim selayaknya dilakukan yaitu, �Jika Tuhan menghendakinya  kami akan hidup dan berbuat ini dan itu� (Yak 4:15). 

Selamat memasuki masa depan. Tuhan YHWH, Bapa Surgawi memberkati dalam nama Yesus Sang Mesias Putra-Nya Yang Tunggal dan Junjungan Agung Yang Ilahi

Tuesday, 24 December 2019

GEMBALA JIWA KITA


Kita tentu pernah mendengar lirik lagu pujian sbb: �Tak pernah Tuhan janji/ Hidupku takkan berduri/ Tak pernah Dia janji lautan tenang/Tetapi Dia berjanji kan selalu sertaku/ Dan menuntun jalan hidupku slalu/ Janji-Nya Dia atur langkahku/ Janji-Nya Dia pegang tanganku���.dst. 

Ya, hidup tidak selalu indah dan menyenangkan. Sebagaimana roda berputar tidak selalu di atas. Ada kalanya di bawah. Saat kita menengokkan wajah kita di jendela kereta api, kadang kita melihat sawah menghampar dan padi menghijau meneduhkan mata dan jiwa. Namun ada saatnya kita melihat pemandangan gersang membentang di pematang atau kumuh sebuah kelompok masyarakat yang dilewati laju kereta. 

Mazmur 23:1 mengatakan, �YHWH roi, lo ekshar� (Yahweh adalah gembalaku, takkan kekurangan aku). Bahkan dilanjutkan dengan kalimat yang memberikan janji-janji indah, �Dia membaringkan�, �Dia membimbing�, �Dia menyegarkan�, �Dia menuntun�. Kalimat yang mengindikasikan keberhasilan, kemenangan, kenyamanan bukan? Namun saat membaca Mazmur 2:4, �ki elek be ge tsalmawet� (Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman)Apa artinya? Ada saatnya kenyamanan kita terusik, kemapanan kita tergoncang. Kita diijinkan memasuki �lembah kekelaman� (situasi krisis). 

Menjadi orang Kristen bukan berarti kita tidak tersentuh penderitaan dan krisis. Tidak selalu berkemenangan dan berhasil terus menerus. Yang membedakan adalah sikap kita dalam merespon dan menghadapinya. 

Haruslah kita menguatkan iman dan pengharapan serta berkata, �aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku�. Sikap ini muncul dikarenakan kita percaya bahwa Tuhan YHWH adalah Gembala kita dan Yesus Sang Mesias Juruslamat kita, sehingga sekalipun kita mengalami krisis, pada akhirnya kita tetap tidak akan berkekurangan (lo ekshar). 

Kita tengah menutup akhir hari dan akhir tahun. Kita tidak pernah tahu keberuntungan dan kerugian apa yang akan menantikan di hari depan. Kita tidak perlu menyombongkan keyakinan kita tentang hari esok (Yak 4:13). 

Semua kemungkinan akan terjadi sebagaimana telah terjadi sebelumnya (suka-duka atau untung-rugi). Yang terpenting adalah keyakinan pada Tuhan dan penyandaran sepenuhnya pada penyertaan-Nya agar kita senantiasa siap bukan hanya untuk menerima kebaikan melainkan keburukkan sekalipun tidak kita inginkan (Yes 45:7). Biarlah hatimu hidup untuk selamanya� (Mzm 22:26)

CHARAN MEGALEN (KESUKAAN BESAR)


Peristiwa kelahiran Yesus sebagaimana dilaporkan dalam Lukas 2:1-20 masih menjadi topik perdebatan tiada habisnya di antara umat Kristiani. Apa yang diperdebatkan? Frasa, �Hari ini telah lahir bagimu Juruslamat� (Luk 2:11) terus menerus diperdebatkan. 

Kapan tepatnya peristiwa kelahiran tersebut terjadi? Pandangan mainstream (arus utama) meletakkan Tanggal 25 Desember sebagai hari kelahirannya. Namun demikian pandangan ini kerap dituding sebagai pengaruh tanggal kelahiran Dewa Matahari bangsa Romawi yang diubah menjadi hari kelahiran Yesus dikarenakan Kaisar Konstantinus naik tahta dan menjadikan Kekristenan agama negara. 

Sejumlah pandangan baru berkembang seiring tumbuhnya komunitas Messianic Judaism/Messianic Jewish (yaitu orang-orang Yahudi yang telah menerima Yeshua namun tetap mempertahankan adat istiadat Yahudi) dan Hebrew Root Christian (yaitu komunitas Kristen yang merespon pemahaman dan ajaran komunitas Messianic Judaism/Messianic Jewish dan melakukan sejumlah praktik peribadatan dengan mengedepankan aspek-aspek Semitik Yudaik). Komunitas Messianic Judaism/Messianic Jewish dan Hebrew Root Christian meyakini Yesus lahir pada bulan September akhir atau Oktober awal bertepatan dengan perayaan Pondok Daun (Sukot). Keduanya memiliki argumen masing-masing untuk menyokong pandangannya tersebut. 

Persoalannya, Kitab Injil tidak memberikan penjelasan eksplisit perihal tanggal dan bulan Yesus lahir selain konteks sosial politik dan sosial budaya yang melatarbelakangi kelahiran Yesus. Namun demikian, kelahiran Yesus bukan peristiwa mitologis melainkan peristiwa historis yaitu, �Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia...� (Luk 2:1). 

Kita mengetahui dari catatan sejarah bahwa Kaisar Agustus memerintah dari tahun 63 sM � 14 Ms namun kapan peristiwa sensus itu dilaksanakan? Disitulah perdebatan terjadi sampai hari ini. Masing-masing kelompok memiliki argumen dan perhitungannya masing-masing dengan titik berangkat teks dan ayat yang sama. 

Terlepas dari semua perdebatan dan apa yang kita yakini. Satu hal tidak dapat disangkal bahwa bayi Yesus lahir dengan satu maksud dan tujuan Ilahi. Apakah itu? Lahirnya �Juruslamat� (soterios) sebagai sebuah �kesukaan besar� (charan megalen). Apakah isi "kesukaan besar" itu?

?t? ete??? ?�?? s?�e??? s?t?? ?? est?? ???st?? ?????? e? p??e? da??d
Hoti etechthe humin semeron Soter, hos estin Christos Kurios en polei David

?? ???? ??? ??? ????? ??? ??? ????? ????? ???? ???
Ki hayom yulad Moshi'a asher hu ha Mashiakh ha Adon ba'ad dor


Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Mesias (Kristus), Tuan di kota Daud

Mengapa kelahiran Juruslamat, Mesias, Tuan di kota Daud yaitu Betlehem menjadi sebuah kesukaan besar bagi dunia? Karena peristiwa itu telah dinubuatkan ratusan tahun sebelumnya oleh para nabi dan menjadi sebuah pengharapan bagi umat Israel.

Salah satu nubuat itu tertulis dalam Mikha 5:1 sbb: "Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala".

Nubuat ini secara detail memprediksikan kota kelahiran dan apa yang dilakukannya kelak serta sifat keilahian dan kemanusiaan dari seorang yang dinantikan oleh bangsa Israel. Sosok Yesus dalam Kitab Injil benar-benar memenuhi keseluruhan detail nubuat tersebut dan nubuat-nubuat yang tersebar dalam Kitab TaNaKh (Torah,Neviim, Ketuvim atau Kitab Perjanjian Lama).

Nubuat lainnya berkata mengenai Sang Tuan sebagaimana dikatakan, "Demikianlah firman  YHWH kepada tuanku (Adoni): "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu" (Mzm 110:1)

Demikian pula nubuat lainnya berkata mengenai Sang Mesias, "Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar bermufakat bersama-sama melawan YHWH dan yang diurapi-Nya" (Meshikh0) (Mzm 2:2)

Kembali kepada frasa "hari ini" yang masih diperdebatkan hingga kini. Apapun perbedaan perhitungan untuk menentukan kapan yang dimaksudkan "hari ini", hendaklah tidak menutupi fakta bahwa Mesias telah lahir ke dunia. Sang Firman Tuhan telah menjadi manusia dan berdiam di antara kita (Yoh 1:14)

Tanpa kelahiran tidak ada kewafatan dan kebangkitan serta kenaikan ke sorga dari Sang Juruslamat kita, Yesus Sang Mesias (Yahshua ha Mashiakh). Oleh karena itu, sebagaimana kewafatan dan kebangkitan serta kenaikan Yesus diperingati sebagai peristiwa monumental dalam kehidupan spiritual umat Kristiani, maka kelahiran sebagai pembuka semua karya Mesianis yang akan dilakoni (kematian dan kebangkitan serta kenaikan) selayaknya diperingati dengan khusyuk dan khidmat.

Marilah kita hayati kembali maksud dan tujuan Ilahi ini sebagai sebuah pesan bagi dunia yang gelap telah menerima terang. Kelahiran Sang Juruslamat adalah Kabar Baik bagi dunia. Itulah sebabnya saat malaikat menjumpai para gembala dan bersabda, dalam teks Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani dituliskan e?a??e????�a? (euanggelizomai) yang artinya "Aku menyampaikan Kabar Baik". Dunia saat ini dipenuhi dengan kabar buruk tentang perang, kelaparan, wabah penyakit, pemanasan global dll. Dunia selalu membutuhkan kabar baik. Kelahiran Yesus adalah Kabar Baik (euanggelion).

Perayaan kelahiran Sang Juruslamat hendaklah menjadi momentum bagi kita bersama untuk membawa terang ajaran Yesus pada dunia yang dikuasai kegelapan. Janganlah hendaknya pesan dan makna kehadiran Sang Firman yang menjadi manusia tertindih oleh  hingar bingar perayaan penuh pesta pora.

Saturday, 21 December 2019

KETIKA ANAK-ANAK KITA BERUBAH


Kahlil Gibran, seorang penyair terkemuka dari Libanon dan seorang Kristen Moronit, dalam masterpiecenya yang berjudul The Prophet (Sang Nabi) yaitu kumpulan puisi-puisi terbaiknya  menuliskan puisinya tentang anak sbb:

Anakmu bukanlah milikmu,
mereka adalah putra putri sang Hidup,
yang rindu akan dirinya sendiri.

Mereka lahir lewat engkau,
tetapi bukan dari engkau,
mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu.

Berikanlah mereka kasih sayangmu,
namun jangan sodorkan pemikiranmu,
sebab pada mereka ada alam pikirannya sendiri.

Patut kau berikan rumah bagi raganya,
namun tidak bagi jiwanya,
sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,
yang tiada dapat kau kunjungi,
sekalipun dalam mimpimu.

Engkau boleh berusaha menyerupai mereka,
namun jangan membuat mereka menyerupaimu,
sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,
ataupun tenggelam ke masa lampau.

Engkaulah busur asal anakmu,
anak panah hidup, melesat pergi.

Sang Pemanah membidik sasaran keabadian,
Dia merentangkanmu dengan kuasaNya,
hingga anak panah itu melesat jauh dan cepat.

Bersukacitalah dalam rentangan tangan Sang Pemanah,
sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat,
sebagaimana dikasihiNya pula busur yang mantap.

Sebagai seorang Kristiani, kita memiliki tugas dan kewajiban memperkenalkan kepada mereka perihal Ketuhanan dan hukum moral agar mereka hidup di jalan yang dikehendaki Tuhan (Ul 6:4-10). Agar jangan sampai lahir generasi yang tidak mengenal Tuhan yang disembah orang tuanya atau leluhurnya (Hak 2:10).

Namun perintah Tuhan tersebut bukan untuk membelenggu mereka agar tidak menjadi dirinya sendiri. Kita hanya berkewajiban untuk mengajarkan prinsip-prinsip keimanan agar mereka mampu menghadapi kehidupan yang keras dan kejam dengan melandaskan pada nilai-nilai kebenaran.

Mereka berhak memilih bentuk kehidupan apapun yang mereka kehendaki. Menjadi seniman, pendidik, chef, militer, pengusaha, asalkan bukan menjadi pendosa.

Namun tidak dapat dipungkiri betapa anak-anak kita belum tentu sebagaimana yang kita inginkan. Mungkin mereka membuat kecewa ataupun membuat kita kuatir dan bersedih dengan sejumlah tindakkan dan pilihan yang diambilnya hari ini. Mereka yang dahulu kita gendong dan manjakan saat ini mengalami pertumbuhan dan perkembangan serta mulai kehilangan keluncuannya.

Kisah Ayub dapat menjadi suri tauladan bagi para orang tua untuk menghadapi situasi-situasi yang mungkin tidak terkendali dan di luar kemampuan kita.

"Setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya: "Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Tuhan di dalam hati." Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa" (Ayb 1:5)

Tiada lain, doa-doa yang kita naikkan setiap hari ditujukkan pada anak-anak kita agar mereka dikuduskan, dilindungi, diberkati, diampuni jika ada kesalahan-kesalahan yang dilakukan.

Nasihat dan ucapan bisa membosankan namun doa-doa bisa mengerjakan hal yang melampaui yang kita fikirkan. Bukankah Monica baru merasakan keberhasilan doanya selama 17 tahun sehingga mengubahkan Agustinus yang kelak menjadi Uskup di Hippo Regius dan penulis buku De Civitate Dei (Kota Tuhan)

Thursday, 5 December 2019

KETABAHAN DAN KEARIFAN YUSUF


Pernyataan Yusuf diakhir riwayat yang dikisahkan dalam Kitab Kejadian yaitu, �Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Tuhan telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar� (Kej 50:20) merefleksikan tiga hal sbb: 

Pertama, ringkasan keseluruhan hidup Yusuf yang dimulai dari kehinaan akibat dibuang oleh saudara-saudaranya yang terbakar iri hati hingga mendapatkan kemuliaan sebagai pejabat pemerintah di Mesir yang dipercaya oleh Fir�aun untuk mengelola pangan. Kemuliaan yang diperoleh Yusuf harganya mahal dan harus melewati proses kesulitan dan penderitaan. Ketika melihat keberhasilan seseorang secara material, lihatlah prosesnya dan pelajarilah. Jika prosesnya dilewati dengan kejujuran, teladanilah. 

Kedua, bukti penyertaan Tuhan terhadap Yusuf dimana penyertaan Tuhan dinyatakan bukan hanya dalam keadaan mulia melainkan dalam kondisi hina dan menderita. Tuhan Yahweh senantiasa menyertai dalam keberhasilan saat di rumah Potifar orang Mesir (Kej 39:2) namun menyertainya pula saat mengalami penderitaan akibat fitnah istri Potifar sehingga Yusuf harus di penjara (Kej 39:21). 

Ketiga, kearifan Yusuf memaknai seluruh peristiwa yang dialaminya sejak kecil hingga dewasa dimana banyak kepahitan dan penderitaan dialami. Jika melihat apa yang dialami Yusuf yaitu dibuang oleh saudara-saudaranya dan dimasukkan dalam sumur hingga dibeli oleh orang asing, tentu akan menimbulkan luka yang mendalam di hati Yusuf. Bisa saja Yusuf mengalami luka batin dan menyimpan dendam pada saudara-saudaranya. 

Jika melihat penderitaan Yusuf akibat fitnah istri Potifar sehingga harus kehilangan pekerjaan dan berada di penjara, tentulah menyakitkan rasanya. Pengalaman pahit dalam hidup seseorang bisa membentuknya menjadi pribadi yang terluka dan mempengaruhi seluruh tutur kata dan perilakunya namun bisa pula justru mendewasakan dan menumbuhkan karakter menjadi pribadi yang unggul. 

Sinar matahari yang sama bisa melelehkan es balok yang besar namun bisa juga mengeringkan tanah yang basah di pematang sawah. Jika ucapan Ayub diakhir kisahnya merefleksikkan pencerahan pribadi yang dialami sehingga semakin mengenal Tuhan secara pribadi (Ayb 42:5-6), maka ucapan Yusuf diakhir kisahnya merefleksikkan kearifan dan kedewasaan Yusuf dalam menyikapi pahit manis kehidupan.

KASIH MENJADI DINGIN


Ujaran kebencian, fitnah, dusta, hoax, kemarahan yang diartikulasikan melalui media sosial kerap dan semakin menjadi-jadi hari ini. Kita bisa melihat dan menemukan disetiap status Facebook seseorang pernyataan-pernyataan provokatif, ajakkan melakukan kekerasan, ujaran kebencian. 


Media sosial yang semula dipergunakkan untuk kebutuhan hiburan dan informasi telah mengalami pergeseran menjadi instrumen atau alat untuk menyebarluaskan gagasan, pikiran dan ujaran kebencian dan mengekspresikkan kemarahan. Hampir setiap saat kita dapat membaca berbagai komentar yang tidak sepatutnya dari banyak orang perihal sebuah persoalan di media sosial. 

Hampir setiap waktu kita bisa melihat ekspresi wajah orang-orang yang mempertontonkan emosi dan kemarahan mereka pada suatu hal yang tidak mereka sukai. Hampir setiap saat kita dapat mendengar dan melihat pernyataan seseorang yang seragam dalam mengutarakan kemarahan dan kebencian melalui sebuah sumber yang dia rujuk berupa pernyataan seorang tokoh agama atau tokoh politik. 

Sensitifitas masyarakat kita terhadap perasaan dan pikiran orang lain semakin tergerus dan mereka dengan mudah mengeluarkan pernyataan dan tindakkan yang sebenarnya bisa menyakiti orang lain baik secara verbal maupun simbolik bahkan secara fisik. 

Tepatlah yang disabdakan Yesus Sang Mesias Juruslamat kita, �Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin� (Mat 24:12). Kata yang diterjemahkan dengan �kedurhakaan� dalam teks Yunaninya dipergunakan kata Anomos. Kata Yunani Anomos diterjemahkan berbeda-beda dalam terjemahan LAI yaitu �melanggar hukum Tuhan� (1 Yoh 3:14), �pembuat kejahatan� (Mat 7:23) serta �kedurhakaan� (Mat 24:12). 

Merajalelanya kejahatan, kedurhakaan, pelanggaran hukum baik hukum moral dan hukum negara bisa menjadi nilai dan norma publik dalam menyelesaikan berbagai kasus dan persoalan. 

Dalam bahasa religius inilah yang disebut �kasih menjadi dingin� yaitu sebuah kondisi dimana orang sudah kehilangan kendali dan penguasaan diri serta menempuh penyelesaian dengan cara-cara di luar hukum normal. Manusia semakin sulit memaafkan dan mengampuni dan lebih mudah menghakimi dan merespon dengan kemarahan dan hujatan serta caci maki. Adakah kasih dalam hati kita menjadi dingin oleh situasi dan kondisi hari-hari ini?

JANGAN MENYEBUT "KAFIR" DAN "JAHIL?"


Kata �kafir� dan �jahil� dalam Matius 5:22 dalam terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) sesungguhnya �jauh panggang dari api� alias tidak tepat sama sekali dengan teks aslinya yang berbunyi �Raka� (bahasa Aramaik) yang artinya �isi kepala kosong� dan �Moore� (bahasa Yunani) yang artinya, �kebodohan�. 

Teks berbahasa Inggris menerjemahkan secara berbeda-beda. Kata Aramaik �Raka� diterjemahkan �Empty fellow� (YLT), �You good for nothing� (CJB), �Raca� (KJV dan NIV). Sementara kata Yunani �Moore� diterjemahkan, �Rebel� (YLT), �Fool� (CJB), �Thou fool� (KJV). 

Dari analisis teks dalam bahasa Yunani dan Aramaik tidak ada satupun dukungan terhadap terjemahan LAI yang menerjemahkan �Raka� dengan �Kafir� dan �Moore� dengan �Jahil�. Nampaknya LAI melakukan proses terjemahan dinamis (sebagai lawan terjemahan literalis) di mana kata-kata umpatan yang relevan dan kerap dimaknai sebagai sebuah bentuk hujatan biasanya adalah sebutan "kafir".

Baiklah kita tinggalkan perihal analisis teks Yunani dan problem terjemahannya dalam bahasa Indonesia. 

Lantas apa makna pernyataan Yesus saat berkata, �Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Raka (bodoh) harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Moore (bodoh)! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala?� (Mat 5:22).  

Pernyataan Yesus ini berkaitan dengan adanya pemahaman banal (dangkal) dan letterleck (hurufiah) bahwa membunuh hanyalah menghilangkan nyawa seseorang sehingga Yeshua berkata, �Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum�(Mat 5:21). 

Membunuh itu bukan hanya sebatas melakukan kekerasan dan menghilangkan nyawa seseorang secara fisik belaka melainkan mengucapkan kata-kata jahat dan mematikkan dengan merusak gambar diri seseorang di hadapan orang lain. 

Dalam konteks zaman Yesus, kata Aramaik Raka dan kata Yunani Mooremerupakan julukkan yang menyakitkan. Tentu saja dalam konteks kekinian, bangsa kita memiliki sejumlah istilah dan julukkan yang merendahkan dan menjatuhkan seseorang di hadapan publik. Dan itulah yang seharusnya dihindari dan tidak diucapkan pada seseorang saat kita marah, karena kata-kata demikian bukan hanya menyakitkan namun mematikkan harga diri dan martabat seseorang sebagaimana ungkapan sebuah pepatah, �lidah setajam buluh sembilu?�

KAPAL YANG TIDAK PERNAH AKAN TENGGELAM


Pada tanggal 14 April tahun 1912, terjadi tragedi yang begitu mengguncang dunia, sebanyak 1500 orang lebih diketahui menjadi korban tragedi yang saat itu terjadi di samudra atlantik. Kapal Titanic, sebuah kapal megah yang sangat populer di zamannya saat itu, harus rela menjadi tumpukan besi didasar laut setelah tak dapat menghindari tabrakan dengan gunung es. 

Kapal Titanic ini diciptakan oleh White Star Line, kapal ini seolah menjadi saksi kunci, musibah yang terjadi pada tanggal 14 April tersebut. Awalnya, Titanic di rancang untuk menyaingi dua kapal mewah yang lebih dahulu ada, yakni Lusitania dan Mauretaniakeluaran Cunard Line. 

Proses pembangunan yang dimulai sejak 31 Maret 1909 hingga 31 Maret 1912, membuat Titanicsangat begitu dinantikan kemunculannya oleh berbagai lapisan masyarakat. Dengan panjang sekitar 269 meter dengan lebar 28 meter, Titanic mampu menampung sebanyak 3.500 penumpang, termasuk para awak kapal. 

Dilengkapi pemandian khas Turki, ruangan olahraga, fasilitas kolam renang, sasana squash, perpustakaan, dan juga tempat ibadah, tak heran Titanic berhasil meraih gelar sebagai kapal termewah, yang bahkan digadang-gadang takkan bisa tenggelam kala itu. 

Ketika pembangunan Titanic selesai, seorang reporter pernah bertanya pada Thomas Andrews, �Seberapa amankah kapal ini untuk berlayar di Samudra Atlantik?�dan dengan sombong Thomas Andrews pun menjawab, �Bahkan Tuhan pun tak bisa menenggelamkannya�. 

Pada tanggal 10 April 1912 untuk pertama kalinya berlayar menuju Amerika Serikat dari Eropa. Namun 4 hari kemudian, tak disangka-sangka kapal mewah ciptaan Thomas Andrews tersebut menabrak gunung es yang merupakan ciptaan Tuhan Yang Mahakuasa lalu kapal tersebut robek dan tenggelam di Samudra Atlantik Utara. 

Kisah naas di atas memberikan pelajaran utama perihal bahaya kesombongan akan menuai kebinasaan. Sehebat apapun pekerjaan manusia, kehebatannya adalah sebuah anugrah dari sang pemberi yaitu Tuhan. 

Berbeda dengan kisah di atas, kita mendapati kenyataan bahwa perahu yang ditumpangi murid Yesus hanya terbuat dari kayu. Saat badai menderu dan hendak melumat, wibawa suara Sang Putra Tuhan yang berkata: �Diamlah!� meredakan amukan badai. Tanpa Yesus Sang Mesias Putra Tuhan di dalam kehidupan kita, sehebat apapun kehidupan yang kita jalani, rentan untuk dihancurkan badai kehidupan.

Jika Yesus Sang Mesias dan Junjungan Agung Yang Ilahi menjadi pengendali utama kehidupan keluarga kita, maka saat badai tiba, berserulah dalam nama Anak Tuhan agar Dia menenangkan badai dan membuat kita selamat dari amukannya, sebagaimana dikatakan, "Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh" (Mat 8:23-27). 


Jika Yesus Sang Juruslamat, Anak Tuhan itu mampu ?pet?�?se? t??? ???�??? (epetimesen tois anemois) alias "menghardik angin" maka berserulah dalam nama Anak Tuhan agar segala sesuatu menjadi terkendali. Frasa, "danau itu menjadi teduh" sesungguhnya dalam bahasa Yunani dituliskan ?a? ????et? ?a???? �e???? (kai egeneto galene megale). King James Version menerjemahkan, "there wa a great calm" (maka terjadi ketenangan yang luar biasa). 

Situasi akan terkendali jika kita menjaga jarak dengan badai persoalan dan mengambil kendali terhadap diri sendiri serta berdoa memohon kuasa Bapa Surgawi di dalam Yesus Sang Putra untuk menenangkan badai

EKBASIS (JALAN KELUAR)


Keledai favorit seorang pria jatuh ke dalam sebuah lubang yang dalam. Dia tidak bisa menarik keledai tersebut keluar, tidak peduli seberapa keras ia mencobanya. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk mengubur keledainya hidup-hidup.Tanah mulai ditimbun ke lubang tempat keledai berada dari atas. 

Keledai yang merasa tertimpa tanah, menggoyangkan tubuhnya untuk menjatuhkan tanah di atas tubuhnya, dan melangkah di atas tanah tersebut. Tanah berikutnya ditimbun kembali ke dalam lubang. Keledai itu mengibaskan kembali tubuhnya dan menaiki tanah tersebut. Semakin tanah ditimbun, semakin tinggi tanah tersebut naik. Menjelang siang, keledai itu dapat keluar dari lubang, lalu merumput di padang rumput hijau. Hidup itu bagai mata pedang dan kepingan uang. 

Tidak hanya satu sisi saja. Ada suka ada duka, ada derita ada bahagia, ada kesulitan ada kemudahan, ada kegagalan ada keberhasilan. Keduanya kesatuan dari kepingan uang dan kesatuan dari ketajaman pedang. 

Beberapa orang kerap menghindari yang namanya kesukaran dan kegagalan. Mengapa mereka menghindari? Karena kegagalan itu menyakitkan. Karena kesukaran itu melelahkan. Beberapa orang hanya menginginkan satu kepingan kehidupan yaitu kesuksesan, kekayaan, keberhasilan, kenyamanan. 

Padahal jika diteropong dengan seksama, kesuksesan dan kekayaan seseorang (terlepas ada sejumlah orang yang meretas dan menyintas dengan melakukan pekerjaan yang tidak halal) hanyalah penampakkan terakhir dirinya di puncak pendakian. Namun orang tidak memperhatikan seberapa banyak orang yang telah mencapai puncak melewati rute pendakian dan seberapa banyak tempat yang bisa menjebak dan menjatuhkannya berhasil dilewatinya. 

Oleh karena itu, saat kesulitan dan persoalan datang, disitulah ada sebuah kesempatan disediakan bagi kita untuk lolos dan keluar dari jebakkan kesulitan atau justru semakin terpuruk dan terkubur dalam persoalan. 

Seperti keledai yang terperosok, saat butiran tanah keputusasaann yang dilemparkan sang tuan berniat menguburnya, dia justru mengibaskankan tanah yang mengenai tubuhnya dan menepi untuk kemudian menaiki dan menjadikannya tangga agar dia bisa sampai ke tepian lubang yang sanggup dia lompati. 

Bukankah sudah dikatakan, �...Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya�(1 Kor 10:13). Ketika persoalan datang, fikirkanlah �jalan keluar� (ekbasis, Yun) yang telah disediakan Tuhan agar kita temukan

APHELION


Dilansir Nytimes, Jumat (6/7/2018), pada posisi aphelion, bumi akan berada tiga juta mil lebih jauh dari matahari. Perubahan ini terjadi karena orbit planet bumi tidak melingkar secara sempurna, sehingga ada kalanya bumi menempati posisi terdekat atau terjauhnya dengan matahari. 


Umumnya aphelion terjadi pada saat Juli, sedangkan lawannya Perihelion, berada setiap Januari. Titik terjauh bumi dengan matahari menjadikan jumlah sinar matahari yang diterima oleh planet turun hingga tujuh persen dibandingkan dengan Januari. Adanya perubahan dalam orbit planet ini tidak mempengaruhi fenomena musim di bumi. 

Wikipediamenerangkan bahwa bumi berada pada jarak 147,1 juta kilometer dari matahari saat perihelion, sementara pada aphelion bumi berada sejauh 152,1 juta kilometer. Saat aphelion, oleh karena bumi berada pada jarak terjauhnya dengan matahari, maka matahari akan tampak lebih kecil. Meskipun demikian, perbedaan ini tidak akan terlalu terlihat, karena jarak bumi dengan matahari ketika aphelionberubah sekira tiga persen. Ketika suhu dingin luar biasa menjalari beberapa wilayah di Jawa, fenomena apheliondihubung-hubungkan sebagai penyebab hawa dingin yang merasuki tulang. 

Namun para astronom dan pejabat BMKG menyangkal fenomena aphelion sebagai penyebab melainkan berkaitan dengan perubahan suhu udara khususnya angin dingin yang terbawa dari Australia. Terlepas mana yang lebih sahih menyebabkan hawa dingin di pulai Jawa akhir-akhir ini, fenomena aphelion mengajarkan sebuah kebenaran spiritual bahwa saat kita menjauh dari Tuhan, kita melihat peranan Tuhan menjadi begitu kecil sebagaimana jumlah sinar matahari yang menjangkau bumi akibat bumi pada posisi aphelion. Sebagaimana penggalan syair lagu Bimbo tentang relasi manusia dengan Tuhannya, �Aku jauh engkau jauh. Aku dekat Engkau dekat�. 

Jika kita ingin mendapatkan kekuatan, ketenangan, perlindungan maka dekatlah pada-Nya yaitu YHWH, Tuhan Alam Semesta di dalam Yesus Sang Mesias Putra-Nya sebagaimana disabdakan pemazmur, �Hanya dekat Tuhan saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah� (Mzm 62:2-3). 

Demikian Yesus bersabda, �...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa� (Yoh 15:5). Ibarat tanaman yang di sirami air atau tumbuhan yang ditanam di tepian aliran sungai tetap hijau dan tumbuh segar, demikianlah kita selayaknya dekat dengan sumber kehidupan dan dialiri terus oleh kasih dan kuasa Tuhan YHWH Bapa Surgawi dalam Yesus Sang Mesias Putra-Nya.

Apapun yang terjadi pada kehidupan kita saat ini - entah suka ataupun duka - tidak akan mengubah orientasi hidup kita kepada Tuhan. Apapun yang menekan kehidupan kita - entah kesulitan ekonomi, sakit penyakit, kehilangan pekerjaan dsj -  jika kita dekat dengan sumber kehidupan, kekuatan, kebahagiaan, kedamaian, kasih, maka kita tetap akan memperoleh kekuatan dan tidak tawar hati serta menjauh dari Tuhan. Sebaliknya, kita dimampukan untuk terus menerus menghadapi berbagai rupa kehidupan dengan kekuatan daripada-Nya. Asalkan kita tidak berada pada titik terjauh (aphelion) melainkan titik terdekat (perihelion).

Marilah kita dekat dan melekat pada Sang Bapa melalui Sang Putra agar senantiasa mendapatkan kekuatan-Nya menjalani kehidupan

Thursday, 14 November 2019

MATI SEBELUM MATI


Darimanakah asal muasal kematian? Dalam perspektif Kristiani, kematian (lebih tepatnya asal usul kematian yang melekati kehidupan manusia) bukan sekedar takdir namun akibat dari sebuah sebab. Ketika manusia pertama (Adam dan Hawa) diciptakan, Tuhan tidak menjadikan kematian sebagai bagian dari takdirnya. 

Ketika manusia pertama telah menerima mandat untuk mengelola bumi, Tuhan memberikan satu larangan yang apabila dilanggar akan menimbulkan kematian (Kej 3:16-17). Berdasarkan pemahaman di atas, kita mendapatkan pengetahuan bahwa kematian adalah akibat dosa dan pelanggaran manusia. Benih maut itu diturunkan dari Adam dan Hawa sampai kepada kita (Rm 6:23). 

Berbicara mengenai kematian, Kitab Suci memberikan keterangan bahwa ada dua fase kematian. Kematian pertama adalah terpisahnya roh/nyawa dari tubuh dan kematian kedua adalah penghukuman di neraka sebagaimana dikatakan dalam Wahyu 21:8 sbb, �Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua." 

Jika ada kematian pertama dan kematian kedua, lalu apa yang dimaksudkan dengan �mati sebelum mengalami kematian?� Wahyu 3:1 mengatakan sbb, "..Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!� Wahyu 3:1 menggambarkan jemaat di Sardis yang dikategorikan �mati sebelum mati�. Mereka adalah orang-orang yang mati imannya, mati perbuatan baiknya, mati pengharapannya, mati hasrat dan kerinduannya pada Tuhan, mati persekutuannya, mati ibadahnya. Banyak orang yang mengaku Kristen secara formal namun dikategorikan �mati sebelum mengalami kematian�. 

Sebelum kematian fisik mendatangi dan kematian kedua menghabisi masa depan seseorang, bertobat adalah jalan kembali menuju kehidupan sejati (Why 3:2-3). Bertobat dalam bahasa Ibrani adalah shuv yang artinya �berbalik arah�. Berbalik arah dari jalan yang salah menuju jalan yang benar. 

Berbalik arah dari pemikiran yang jahat menjadi pemikiran yang baik (metanoia, Yun). Berbalik arah dari perilaku yang jahat menjadi perilaku yang baik (epistrophe, Yun). Di mana kehidupan yang Anda jalani saat ini? Hidup dalam kehidupan atau mati sebelum kematian?

KEMATIAN YESUS DI KAYU SALIB MEMBATALKAN TORAH?



...sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya,��, demikianlah penggalan kalimat dalam Efesus 2:15 terjemahan LAI. Konsekwensi logis teks terjemahan tersebut bahwasanya kematian Yesus di kayu salib bermakna Torah tidak memiliki relevansi dalam kehidupan umat Kristiani. 

Benarkah? Jika benar terjemahan diatas, mengapa pada banyak ayat lain, Rasul Paul mengatakan bahwa dirinya tidak membatalkan Torah (Rm 3:31) dan menegaskan bahwa Torah bukan dosa (Rm 7:7). Bahkan dengan tegas Rasul Paul mengatakan bahwa Torah adalah kudus (Rm 7:12). 

Bagaimana mungkin disatu pihak Rasul Paulus mengatakan bahwa Torah tidak dibatalkan, kudus dan baik namun dipihak lain berkata Torah dibatalkan? Bagaimana mungkin Rasul Paulus

Konteks Efesus 2:15 bukan berbicara perihal pembatalan Torah.. Untuk mengetahui �apa yang dibatalkan� atau �apa yang dirobohkan�, kita akan menelusuri ayat-ayat sebelumnya dan sesudahnya dari Efesus 2:15. Surat ini secara khusus ditujukan pada orang kudus yang tinggal di Efesus (Ef 1:1). Agaknya merupakan campuran Yahudi dan non Yahudi. Ini tersirat dari kata-kata, �kamu bukan Yahudi secara daging� (Ef 2:11), �orang-orang tidak bersunat� (Ef 2:11), �tidak termasuk kewargaan Israel� (Ef 2:12), �tanpa ketetapan� (Ef 2:12), �tanpa pengharapan dan tanpa Tuhan didalam dunia� (Ef 2:12). 

Kondisi yang digambarkan oleh Rasul Paulus diatas telah berubah setelah mereka menerima Sang Mesias sebagaimana dijelaskan, �Tetapi sekarang didalam Mesias kamu yang dahulu jauh, sudah menjadi dekat oleh darah Sang Mashiah�(Ef 2:13). Hasil penerimaan Yesus Sang Mesias menurut Paul adalah �dipersatukan� (Ef 2:14, �diperdamaikan� (Ef 2:16), �persatuan kedua belah pihak, yaitu Yahudi dan non Yahudi didalam Yesus� (Ef 2:18-21), untuk dipakai �menjadi Bait Tuhan� (Ef 2:22). 

Konteks keseluruhan perikop sebenarnya berbicara perihal robohnya tirai pemisah (mkhitsah) antara Yahudi dan non Yahudi yang disebabkan secara tidak langsung oleh Torah. Yang merobohkan adalah kematian Yesus di kayu salib. Itulah sebabnya DR. David Stern menerjemahkan Efesus 2:15 dalam bahasa Inggris, DR. David Stern menerjemahkan sbb: �The Messiah has broken down the m�chitzah which divided us , by destroying in his own body the enmity occasioned by the Torah, with its command set forth in the form of ordinances� (Jewish News Testament, 1989).

MEMIKUL KUK DAN KEDEWASAAN ROHANI



Saat pertama kali meninggalkan Bandung untuk studi Teologi di Yogyakarta. Banyak pengalaman baru yanag tidak didapat di kota sebelumnya. Salah satunya adalah saat tinggal di kost. 

Selama tinggal di Bandung, terbiasa menggunakan air PAM yang tidak harus menggunakan tenaga untuk mendapatkanya alias tidak harus menimba. Walaupun bukan sama sekali tidak pernah mendapatkan pengalaman menimba di Bandung namun sejak  kost dan studi di Yogyakarta, kegiatan menimba air untuk mengisi bak mandi menjadi kegiatan rutin harian. 

Kegiatan tersebut secara tidak langsung membentuk otot-otot di tangan menjadi lebih lebar dan besar, sekalipun tidak terlihat kekar. Setidaknya, tubuh yang kurus dan tangan yang lurus agak terlihat berisi. Jika tidak studi dan kost di Yogyakarta, mungkin tangan saya akan tetap kurus dan lurus tidak berisi. Situasi hidup yang baru dan tekanan yang datang sesungguhnya menjadikan bukan hanya tubuh melainkan pikiran beradaptasi dan berkembang. 

Orang yang tidak pernah berani menghadapi sejumlah risiko dan selalu menghindari lingkungan baru yang penuh tantangan, akan sulit berkembang wawasan dan pengalamannya. Kehidupannya hanya stagnan. Semakin banyak kita menghadapi tekanan, kesulitan, pengalaman baru, tantangan, otak kita menjadi berkembang mencari solusi. 

Tubuh kita beradaptasi untuk mengikuti ritme kehidupan yang fluktuatif. Seperti dikatakan Firman Tuhan, �Adalah baik bagi seorang pria memikul kuk pada masa mudanya. Biarlah ia duduk sendirian dan berdiam diri kalau Yahweh membebankannya. Biarlah ia merebahkan diri dengan mukanya dalam debu, mungkin ada harapan. Biarlah ia memberikan pipi kepada yang menamparnya, biarlah ia kenyang dengan cercaan� (Rat 3:27-30). 

Istilah �memikul kuk� (yisha �ol, Ibr) merujuk pada situasi kehidupan yang penuh tantangan dan risiko yang harus diterima dengan lapang dada dan sikap terbuka. Dibalik setiap tantangan dan risiko yang dihadapi, selalu terbuka sebuah peluang dan kesempatan serta kemungkinan baru yang lebih baik. 

Karena, sebagaimana dikatakan Firman Tuhan, �Karena tidak untuk selama-lamanya Tuhan mengucilkan. Karena walau Ia mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut kebesaran kasih setia-Nya� (Rat 3:31-32). Frasa, �Dia mendatangkan susah� (hogah, Ibr) berdampingan dengan frasa �Dia juga menyayangi� (rikham, Ibr). Artinya, Tuhan mengijinkan semua hal yang menekan terjadi untuk kebaikkan dan kedewasaan rohani.

Friday, 25 October 2019

ADA "CHOICE' DI ANTARA "BIRTH" DAN "DEATH"


Tidak seberapa jauh dari lingkungan saya tinggal, ada seorang lelaki tua yang akhir-akhir ini memiliki kebiasaan aneh yaitu berjalan dengan menggunakankan kedua tangannya selain kedua kakinya. Seperti seorang yang berjalan ngesot. Dia menggunakan kaos tangan di kedua tangannya. 

Sepengetahuan saya kebiasaan tersebut belum terlalu lama dijalaninya karena saya sempat melihatnya berjalan biasa dan membersihkan rumah seseorang dan tinggal di luar rumah orang tersebut. 

Orang tua ini sebenarnya memiliki anak istri yang sekalipun tidak mapan secara ekonomi namun bisa memenuhi kebutuhannya. Anak dan istrinya tinggal di lain kota. Namun orang tua ini lebih senang menjalani kebiasaan barunya yang aneh ini tinimbang mengikuti anak dan istri serta dicukupi kebutuhannya. 

Dari kisah ini sesungguhnya kita dapat melihat bahwa gaya hidup apapun yang kita jalani sesungguhnya adalah hasil pilihan dan keputusan yang kita buat. Kita memilih untuk menjadi orang baik atau orang jahat. Kita memilih untuk menjadi orang yang berpikiran terbuka atau berpikiran tertutup. Kita memilih untuk menjadi orang yang rajin atau orang yang malas. 

Kita memilih menjadi orang yang optimis ataupun pesimis dst. Semua orang tahu dan memahami bahwa hidup adalah pilihan. Jika kehidupan diibaratkan sebuah huruf dalam bahasa Inggris, maka hidup akan berawal dari huruf B (birth/lahir) dan D (death/meninggal). 

Namun di antara kedua huruf B dan D, ada huruf C (choice/pilihan). Hidup senantiasa menawarkan pilihan, entah itu suatu hal yang menyakitkan ataupun membahagiakan dan semuanya bukan tanpa konsekuensi. 

Setiap pilihan membawa sejumlah konsekwesni dan risiko. Ada orang-orang yang takut dengan risiko sementara dibalik risiko menanti sejumlah kebaikan dan kelimpahan. Tuhan YHWH telah bersabda agar umat-Nya memilih kehidupan, �Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu,dengan mengasihi YHWH Tuhanmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya, sebab hal itu berarti hidupmu  dan lanjut umurmu untuk tinggal di tanah yang dijanjikan YHWH dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka"(Ul 30:19-20). 

Agar mendapatkan kehidupan, �carilah Yahweh� atau membaca dan melakukan perintah-perintah-Nya (Am 5:6)

Thursday, 17 October 2019

ILMU KEGAGALAN DAN PANTANG MENYERAH


Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. 


Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia. 

Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki , disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo. 

Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen). Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di era kekinian. 

Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk Cassete Tape-nya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama Shippaigaku(ilmu kegagalan). 

Berbicara perihal kegagalan, kita teringat pada Thomas Alva Edison. Bahkan Dalam salah satu biografinya disebutkan bahwa Edison berhasil menemukan lampu pijar setelah mengalami kegagalan 999 kali, artinya baru penelitian yang ke 1000 kali Edison menemukan lampu listrik. Sungguh keuletan yang luar biasa. 

Kalau saja Edison frustasi dan memberhentikan percobaan penelitiannya ketika mengalami 999 kegagalan, tidak terbayangkan apa bentuk penerangan sekarang. Kegagalan bukan kekalahan. 

Kegagalan adalah sebuah ilmu dan pelajaran untuk memperoleh keberhasilan. Keberhasilan adalah tangga puncak dan akumulasi dari kegagalan. Menyerah pada kegagalan maka memperkecil kekuatan untuk memperoleh keberhasilan sebagaimana disabdakan, �Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu (Ams 24:10)