Latest News

Saturday, 29 December 2018

TUHAN TIDAK BERMAIN DADU



Midrash Pembuka Tahun 2019
Bacaan: Mazmur 139:13-16

Albert Einstein adalah salah satu fisikawan terbesar dan paling terkenal. Jika Anda bertanya kepada siapa pun untuk menyebutkan jawaban fisikawan yang paling umum, Anda akan menerima �Einstein�. Einstein juga terkenal dengan kutipannya.


Di antara banyak kutipan Einstein ada yang sangat populer di kalangan selengkapnya mengatakan, �Quantum theory yields much, but it hardly brings us close to the Old One�s secrets. I, in any case, am convinced He does not play dice with the universe� (Teori kuantum menghasilkan banyak, tetapi hampir tidak membawa kita dekat dengan rahasia terhadap Yang Satu sejak awal itu. Saya, dalam hal apapun, yakin dia tidak bermain dadu dengan alam semesta).

Kalimat tersebut dialamatkan oleh Einstein kepada Max Born (salah satu bapak Mekanika Quantum) yang dia tulis pada tahun 1926. Istilah �Old One� dan He� yang dimaksud Einstein adalah Tuhan.

Ketenaran dari kutipan ini dari berakar dari dua sumber, Pertama,ketidaksetujuan Einstein dengan konsep dasar mekanika kuantum perihal peringkat alam (atom) dan alam semesta yang dianggap sepenuhnya acak, yaitu peristiwa terjadi karena kebetulan belaka. Kedua, pandangan Einstein tentang agama dan Tuhan. Sekalipun ada anggapan Einstein seorang Ateis, namun dia mengatakan dirinya sendiri dalam sebuah wawancara pada tahun 1929 perihal apa yang dia sebut �agama kosmik� di mana kehadiran Tuhan terbukti dalam urutan dan rasionalitas alam dan alam semesta. dalam semua aspek dan ekspresinya.

Kekacauan dan keacakan adalah, oleh karena itu, bukan bagian dari alam (Tuhan tidak bermain dadu). Einstein seorang Yahudi dan penganut Yudaisme sekalipun tidak sesaleh pelaku agama Yahudi. Dalam perspektif Kitab Suci, Tuhan menciptakan hukum dan keteraturan dalam semesta (Mzm 119:91).

Seberapa tidak pastinya kehidupan di tahun yang akan kita songsong, percayalah bahwa Tuhan tidak bermain dadu. Sebagaimana Dia merancang hukum dalam semesta, demikianlah Dia merancang kebaikkan bagi semua orang yang takut akan Dia (Mzm 139:16). Sekalipun kita tidak bisa melihat dan membaca masa depan diri kita sendiri, namun lompatan iman meletakkan semua yang terjadi di masa depan dalam rencana dan rancangan kebaikkan Tuhan sebagaimana yang dijanjikan-Nya (Yer 29:11-14).

Jangan melihat dadu kehidupan kita melainkan lihatlah Tuhan dalam setiap kehidupan yang kerap bergulir tidak pasti kian kemari seperti dadu. Melihat Tuhan berarti menaruh percaya bahwa Dia lebih besar dari ketidakpastian yang mungkin kita hadapi di tahun yang akan datang.

Ketidakpastian dan absurditas kerap menyelimuti kehidupan manusia namun mereka yang melibatkan peran Tuhan mendapat penghiburan dari firman-Nya.

Saya tutup midrash ini dengan dua buah puisi sbb:

Bukan Permainan Dadu (Puisi 1)

Kita tidak tahu apa yang menunggu di lorong waktu tahun yang baru. Tiada pula mampu memutar jarum jam kembali ke masa lalu, karena Sang Waktu hanya mengenal jalan maju.

Kita hanya perlu menjalani dan menghadapi kehidupan sebagai sebuah kemungkinan dengan menepis semua ragu.

Kemungkinan memperoleh kebahagiaan dan keberhasilan yang dirindu. Kemungkinan berjumpa dengan kesedihan dan kerugian yang menghantu.

Sekalipun bukan permainan dadu, kehidupan kerap berisi kemungkinan yang tidak sepenuhnya kita tahu.

Ketidaktahuan dan kemungkinan justru menjadi penyemangat untuk menciptakan pengetahuan dan perubahan serta menghasilkan kemungkinan baru.

Kita adalah keberadaan yang masih terus menerus menyelesaikan diri  dan mengupayakan kemungkinan-kemungkinan menjadi kenyataan yang dituju

1 Januari 2018

Lihat dan Hadapi Saja (Puisi 2)

Siapa yang tahu apa yang terjadi di sebrang sana?

Hanya membaca dan menduga dengan tiada sempurna.
Sia-sia berdaya upaya mencari jawabannya.
Ini bukan soal apa yang akan kita terima pada akhirnya.
Tapi bagaimana kita menjalani kehidupan dengan berani dan tangan terbuka.

Mengapa harus takut terluka untuk mendapatkan bahagia?

1 Januari 2019


Monday, 24 December 2018

KESUKAAN BESAR BAGI DUNIA


Hari ini, mayoritas warga Kristiani bersukacita menyongsong dan merayakan serta menghayati Hari Raya Natal. Tentu, rumah-rumah akan dicat baru dan dihias sejumlah pernak pernik natal, mulai dari pohon cemara yang dihias lampu beraneka warna dan sejumlah tradisi Eropa lainnya yang dituangkan dalam perayaan natal seperti Sinterklas, kado natal, corona (bunga berbentuk lingkaran) yang ditempel di depan pintu, kaos kaki yang dimasuki hadiah dan pernak pernik lainnya.

Bagi sebagian umat Kristiani lainnya, ekspresi-ekspresi demikian tidak mencerminkan apa yang dikisahkan dan dituliskan dalam Kitab Suci. Bahkan di kalangan Kristen pun terbagi perihal kapan Yesus Sang Mesias lahir ke dunia. Kekristenan arus utama khususnya Katolik dan Protestan menjatuhkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus, sementara Orthodox menjatuhkannya pada tanggal 6 Januari dengan nama Epifani. Sementara Messianic Movement atau Messianic Jewish, sebuah gerakan spiritual diantara orang-orang Yahudi baik Yudaisme maupun non Yudaisme menisbatkan kelahiran Yesus pada sekitar September akhir dan Oktober awal bertepatan dengan orang-orang Yahudi penganut Yudaisme merayakkan Sukkot alias Pondok Daun. Bahkan ada pula gereja yang merayakan kelahiran Yesus pada bulan Maret.

Sekalipun berangkat dari satu teks yang sama namun dapat berakhir pada kesimpulan yang berbeda. Kita perhatikan sejenak apa yang dikatakan Lukas 1:26, �Dalam bulan yang keenam Tuhan menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria�.

Bagi mereka yang mempercayai bahwa kelahiran Yesus jatuh pada bulan Desember didasarkan pada �bulan ke enam� dari kalender Yahudi yang jatuh pada bulan Adar (Feb-Mart). Maka jika dihitung sembilan bulan kemudian dari perjumpaan Maria dan Elisabeth maka akan jatuh pada bulan Kislew (Nov-Des). Namun bagi mereka yang memaknai �bulan keenam� adalah bulan setelah Zakharia suami Elisabeth menyelesaikan tugas keimamannya yaitu jatuh pada bulan Siwan (Mei-Jun) maka jika dihitung enam bulan kemudian jatuh pada bulan Kislew (Nov-Des). Jika Maria mengandung pada bulan Kislew, maka sembilan bulan kemudian akan jatuh pada bulan Elul (Agst-Sept) akhir atau Tishri awal (Sept-Okt) bertepatan dengan Perayaan Sukkot (Pondok Daun). Sementara mereka yang merayakan kelahiran Yesus pada bulan Maret didasarkan pemahamannya bahwa istilah �bulan keenam� jatuh pada bulan Juni (sesuai kalender Gregorian) sehingga ditambahkan sembilan bulan kemudian jatuh pada bulan Maret.

Terlepas dari perbedaan pendapat perihal perhitungan kapan Yesus lahir, hal yang tidak boleh diabaikkan adalah Yesus benar-benar lahir dalam konteks ruang dan waktu tertentu dan menjadi pertanda kegembiraan bagi alam semesta sebagaimana dikatakan, �Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Mesias, Tuan, di kota Daud� (Luk 2:10-11). Frasa Yunani, �Euanggelizomai humin charan megalen� seharusnya diterjemahkan, �Aku memberitakan kabar baik kepadamu perihal kesukaan besar...�. Kata Yunani euanggelizoo bermakna �kabar baik�. Dari kata inilah kita mengenal istilah dalam bahasa Arab �Injil�.

Kita tinggalkan sejenak perbedaan pendapat dan marilah kita berfikir beyond all debate (melampaui semua hal yang diperdebatkan) perihal  hari kelahiran, tata cara perayaan, dll. Renungkanlah bahwa kelahiran Yesus merupakkan kabar baik dari surga dan kegembiraan bagi seluruh dunia. Mengapa? Karena Juruslamat yang dinubuatkan dalam Kitab Suci TaNaKh (Torah, Neviim, Ketuvim) dan berkuasa membebaskan manusia dari kuasa dosa yaitu maut telah datang. Songsonglah Dia dan biarlah senantiasa lahir di hati kita!

Saya akan tutup midrash ini dengan sebuah puisi

HARI INI PADA HARI ITU

Kita mungkin berbeda memahami perihal kapan Juruslamat turun ke bumi.

Kita mungkin tidak sehati bagaimana menghayati dalam devosi perihal Sang Sabda yang telah berinkarnasi.

Namun tiada yang menyangkal fakta yang tertulis dalam Sabda Suci, bahwa Yang Ilahi telah mengambil rupa Yang Manusiawi, dalam kurun masa yang dituliskan para saksi:

"Telah lahir bagimu, Mesias, Tuan, di kota Daud, hari ini" (Luk 2:11)

"Hari ini" pada "hari itu" adalah sebuah momentum historis yang dialami, bukan kisah mitologi yang diciptakan mereka yang berdelusi.

Tiada yang lebih indah dan mulia selain saling memahami dan berbagi kebahagiaan tentang bayi laki-laki Yahudi

Yang tinggal di bumi untuk menggenapi nubuat para nabi dan sabda Ilahi, sebagai Juruslamat yang mengaruniakan kemerdekaan dan kehidupan sejati.


Monday, 3 December 2018

EUREKA DAN PERJUMPAAN SERTA PROKLAMASI KEMESIASAN YESUS: Refleksi Perayaan Khanukah


Eureka adalah kata seruan dalam bahasa Yunani yang digunakan untuk melambangkan penemuan suatu hal. Seruan ini terkenal karena digunakan oleh Archimedes (287-212 SM). Ia mengucapkan kata Eureka! ketika ia masuk kedalam bak mandi dan menyadari bahwa permukaan air naik, sehingga ia menemukan bahwa berat (dalam Newton) air yang tumpah sama dengan gaya yang diterima tubuhnya.   

Menurut kisah tersebut, sebuah mahkota untuk raja Hiero II telah dibuat dan raja memerintahkan Archimedes untuk memeriksa apakah mahkota tersebut benar-benar terbuat dari emas murni ataukah mengandung tambahan perak. Karena Raja Hiero II tidak mempercayai pembuat mahkota tersebut. Saat Archimedes berendam dalam bak mandinya, dia melihat bahwa air dalam bak mandinya tertumpah keluar sebanding dengan besar tubuhnya. Archimedes menyadari bahwa efek ini dapat digunakan untuk menghitung volume dan isi dari mahkota tersebut. 

Dengan membagi berat mahkota dengan volume air yang dipindahkan, kerapatan dan berat jenis dari mahkota bisa diperoleh. Berat Jenis mahkota akan lebih rendah daripada berat jenis emas murni apabila pembuat mahkota tersebut berlaku curang dan menambahkan perak ataupun logam dengan berat jenis yang lebih rendah. Karena terlalu gembira dengan penemuannya ini, Archimedes melompat keluar dari bak mandinya, lupa berpakaian terlebih dahulu, berlari keluar ke jalan dan berteriak Eureka yang artinya �Aku telah menemukan�. 

Beberapa ratus tahun kemudian di tahun awal Masehi sepasang saudara bernama Andreas dan Simon mengucapkan kata yang sama tentang Yesus. Kitab Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani merekam perkataan Andreas kepada Simon yang tentunya diucapkan dalam bahasa Ibrani/Aramaik sbb: �Eurekamen ton Messian ho estin methermeneumenon Christos� (Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus- Yoh 1:41).

Masyarakat Yahudi sejak zaman pembuangan telah menantikan kedatangan Mesias. Alangkah bahagianya Andreas dan Simon Petrus bisa menyaksikan apa yang dijanjikan berabad lamanya tepat di depan wajah mereka dan pernyataan ini mengubah kehidupan Andreas dan Simon.

Berbicara perihal Kemesiasan Yesus, ada hal menarik lainnya saat kita membaca sebuah percakapan Yesus dengan orang Yahudi di Bait Suci  yang terjadi saat perayaan Khanukah, �Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: "Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami� (Yoh 10:24). Dan Yesus memberikan jawaban, �Yesus menjawab mereka: "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku� (Yoh 10:25).

Apakah Perayaan Khanukah(Pentahbisan Bait Suci � Yoh 10:22) itu? Perayaan Khanukah modern berasal dari sebuah peristiwa sejarah Israel di Abad VII sM tepatnya Desember (Kislew) 164 sM. Tahun tersebut merupakan tahun penting kemenangan peperangan dan perlawanan yang dilakukan oleh Yehuda Makabbe (Judas Macabeus) untuk melawan Anti Semitisme yang diberlakukan oleh Anthiokus Ephiphanes dari Wangsa Seleukus yang menguasai Syria saat berupaya melakukan proses Helenisasi (Yunanisasi pemikiran dan kebudayaan dalam keseluruhan aspek kehidupan wilayah yang dikuasainya) terhadap orang-orang Yahudi. Perang besar lainnya dalam sejarah Yahudi terjadi pada tahun 135 Ms di bawah kepemimpinan Simon Barkhokhba.

Saat Anthiokus Epiphanes berkuasa tahun 167 sM, dia berusaha menaklukan Yerusalem dan Bait Suci. Ketika dia berhasil merebut Bait Suci, dia melakukan kenajisan dengan membuang darah babi di dalam Bait Suci serta mendirikan patung dewa Yupiter sebagai pusat penyembahan.

Kejadian ini menyedihkan umat Yahudi dan di bawah kepemimpinan Yehuda Makabee disiapkan sebuah taktik perlawanan gerilya untuk merebut kembali Bait Suci. Dalam pertempuran gemilang di musim dingin di bulan Desember tahun 164 Yehuda Makabee dengan pasukannya yang jumlahnya jauh lebih kecil dari pasukan Syria berhasil memukul mundur prajurit musuh dan merebut Bait Suci.

Karena hari sudah petang dan harus menyalakan menorah yang ada di Bait Suci serta membersihkan berbagai patung dewa-dewa, maka dibutuhkan minyak untuk menyalakan api. Sayangnya minyak yang tersedia hanya cukup untuk satu atau dua hari. Dan untuk membuat minyak baru dibutuhkan sekitar 8 hari. Mukjizat terjadi bahwa menorah tetap menyala sampai 8 hari lamanya hingga orang-orang Yahudi mampu membuat minyak yang baru.

Peristiwa mukjizat tersebut diperingati sejak saat itu hingga kini dengan sebutan Khanukah yang ditandai dengan penyalaan lilin selama 8 hari di setiap rumah tangga Yahudi. Masing-masing hari menyalakan satu lilin hingga hari ke delapan lilin menyala semuanya.

Perayaan Khanukah dalam konteks Kekristenan khususnya mazhab Judeochristianitysebagai penegasan dan panggilan bagi bangsa Yahudi yang belum menerima Yesus sebagai Mesias bahwa di dalam Yesus terdapat kepenuhan nubuatan para nabi dalam TaNaKh.

Barney Kasdan memberikan komentar terhadap jawaban Yesus saat beliau mengonfirmasi pertanyaan orang-orang apakah diri-Nya Mesias, �the answer to this very appropriate question is contained in Yeshua�s hanukkah message. He clearly reiterates his claim and the proof of his Messiahship� (John 10:25-39)�(jawaban terhadap pertanyaan yang tepat tersebut terdapat dalam pesan Khanukah Yesus. Dia secara tegas mengulangi pernyataannya dan membuktikan kemesiasannya - God�s Appointed Times: A Practical Guide for Understanding and Celebrating the Biblical Holliday, Baltimore: Messianic Jewish Publisher 1993, p. 114).

Ada sejumlah anggapan yang salah diantara komunitas Kekristenan yang kembali ke akar Ibrani dengan mengatakan, �kita tidak perlu memberitakan Injil kepada orang Yahudi karena mereka telah memperoleh keselamatan dan lebih mengetahui Torah lebih dari kita�. Ini pernyataan yang bertentangan dengan keseluruhan kesaksian dalam Kitab Kisah Rasul dimana para rasul memberitakan kematian dan kebangkitan Yesus sebagai Mesias dan Anak Tuhan baik kepada bangsa Yahudi dan non Yahudi.

Jika pekabaran Injil kepada bangsa Yahudi tidak diperlukan, lalu untuk apa Apolos seorang yang fasih berdiskusi mengenai topik-topik keagamaan harus bersusah payah meyakinkan orang Yahudi bahwa Yesus adalah Mesias sebagaimana dikatakan, �Karena Apolos ingin menyeberang ke Akhaya, saudara-saudara di Efesus mengirim surat kepada murid-murid di situ, supaya mereka menyambut dia. Setibanya di Akhaya maka ia, oleh kasih karunia Tuhan, menjadi seorang yang sangat berguna bagi orang-orang yang percaya. Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias(Kis 18:27-28).

Jika pekabaran Injil kepada bangsa Yahudi tidak diperlukan, lalu untuk apa paulus dan Silas memberitakan Yesus sebagai Mesias di sinagoga Yahudi sebagaimana dikatakan, �Paulus dan Silas mengambil jalan melalui Amfipolis dan Apolonia dan tiba di Tesalonika. Di situ ada sebuah rumah ibadat orang Yahudi. Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci. Ia menerangkannya kepada mereka dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati, lalu ia berkata: "Inilah Mesias, yaitu Yesus, yang kuberitakan kepadamu� (Kis 17:1-3)

Kembali kepada pernyataan Andreas kepada Simon bahwa dirinya telah �menemukan� (eureka) Mesias yang dinubuatkan yaitu Yesus (Yahshua/Yeshua), sudahkah kita mengalami Eureka(perjumpaan) terhadap Yesus dan ajaran-ajaran-Nya atau hanya sebatas mengetahui sepintas lalu ajaran-ajaran-Nya atau menganggapnya sebagai saah satu orang suci pada zamannya belaka yang tidak menentukkan kehidupan dan masa depanmu dalam kekekalan?

Saya ingin menutup midrash Perayaan Khanukah dengan menuliskan sebait puisi yang memperlihatkan ringkasan pertemuan spiritual saya dengan Sang Juruslamat yang mengubah arah kehidupan saya kemudian.

PEMUDA GALILEA

Kuberjumpa dengan-Nya tahun sembilan dua.
Saat kumenolak saran beberapa orang muda.
Agar aku bersekolah teologia menjadi pendeta
Meninggalkan philosophia yang dianggap sia-sia.
Dengan tertawa kuyakinkan mereka mustahil aku menjalaninya.

Entah mengapa esok pagi hatiku berubah seketika.
Ingin mengetahui banyak tentang apa yang harus kupercaya.
Untuk pertama kuberjumpa dengan Pemuda Galilea yang mempesona.
Dalam lembaran kisah suci yang kubaca dengan hasrat menyala.
Sabda-Nya bergema dan mengubah kehidupanku yang hampa.

Kutinggalkan kota tempat kumenghabiskan masa remaja.
Sekalipun dengan ancaman tidak memperoleh biaya.
Banyak peristiwa telah menempa menjadi semakin dewasa.
Kulakukan semua sekalipun tidak selalu indah sebagaimana kukira.
Hanya kasih dan kuasa-Mu yang senantiasa membuatku setia menjalaninya.





Tuesday, 20 November 2018

KEBERANIAN MENJALANI HIDUP


Pernyataan Yusuf diakhir riwayat yang dikisahkan dalam Kitab Kejadian yaitu, �Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Tuhan telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar� (Kej 50:20) merefleksikan tiga hal sbb: 

Pertama, ringkasan keseluruhan hidup Yusuf yang dimulai dari kehinaan akibat dibuang oleh saudara-saudaranya yang terbakar iri hati hingga mendapatkan kemuliaan sebagai pejabat pemerintah di Mesir yang dipercaya oleh Fir�aun untuk mengelola pangan. Kemuliaan yang diperoleh Yusuf harganya mahal dan harus melewati proses kesulitan dan penderitaan. Ketika melihat keberhasilan seseorang secara material, lihatlah prosesnya dan pelajarilah. Jika prosesnya dilewati dengan kejujuran, teladanilah. 

Kedua, bukti penyertaan Tuhan terhadap Yusuf dimana penyertaan Tuhan dinyatakan bukan hanya dalam keadaan mulia melainkan dalam kondisi hina dan menderita. Tuhan YHWH senantiasa menyertai dalam keberhasilan saat di rumah Potifar orang Mesir (Kej 39:2) namun menyertainya pula saat mengalami penderitaan akibat fitnah istri Potifar sehingga Yusuf harus di penjara (Kej 39:21). 

Ketiga, kearifan Yusuf memaknai seluruh peristiwa yang dialaminya sejak kecil hingga dewasa dimana banyak kepahitan dan penderitaan dialami. Jika melihat apa yang dialami Yusuf yaitu dibuang oleh saudara-saudaranya dan dimasukkan dalam sumur hingga dibeli oleh orang asing, tentu akan menimbulkan luka yang mendalam di hati Yusuf. Bisa saja Yusuf mengalami luka batin dan menyimpan dendam pada saudara-saudaranya. 

Jika melihat penderitaan Yusuf akibat fitnah istri Potifar sehingga harus kehilangan pekerjaan dan berada di penjara, tentulah menyakitkan rasanya. Pengalaman pahit dalam hidup seseorang bisa membentuknya menjadi pribadi yang terluka dan mempengaruhi seluruh tutur kata dan perilakunya namun bisa pula justru mendewasakan dan menumbuhkan karakter menjadi pribadi yang unggul. 

Sinar matahari yang sama bisa melelehkan es balok yang besar namun bisa juga mengeringkan tanah yang basah di pematang sawah. Jika ucapan Ayub diakhir kisahnya merefleksikkan pencerahan pribadi yang dialami sehingga semakin mengenal Tuhan secara pribadi (Ayb 42:5-6), maka ucapan Yusuf diakhir kisahnya merefleksikkan kearifan dan kedewasaan Yusuf dalam menyikapi pahit manis kehidupan.

KEMATIAN


Kematian, sebuah keniscayaan yang tidak dapat dihindari. Seniscaya seorang manusia yang akan menjadi renta dimakan usia. Kematian tidak dapat ditolak dan dinegosiasikkan. Mungkin seseorang mengalami second chance (kesempatan kedua) berupa, terluput dari amukkan bencana alam yang nyaris merenggut nyawanya, mengalami intervensi Ilahi berupa mukjizat kesembuhan dari penyakit berbahaya yang memastikkan batas kemampuan tubuh menahannya, dapat melewati masa kritis dan koma saat terjadi kecelakaan dst. 

Namun pada akhirnya seseorang tidak dapat menghindari kenyataan yang disebut dengan kematian. Kematian itu menunggu kita dalam rentetan kisah kehidupan yang kita jalani. Setiap orang mengambil sikap yang berbeda terhadap kematian. 

Ada yang tidak peduli dan mengabaikannya karena mengingatnya hanya menimbulkan rasa kuatir dan takut. Ada yang secara filosofis menyangkalnya dan menganggap sebagai sebuah tidur panjang tanpa kesadaran dan tanpa kelanjutan. Ada pula yang secara religius menyongsongnya dengan melibatkan diri dalam sejumlah gerakan radikal keagamaan berupa aksi meledakkan diri sendiri terhadap orang, kelompok yang dianggap sebagai musuh. Ada pula yang secara religius memaknainya sebagai sebuah peringatan akan pertanggung jawaban di hari kemudian sehingga setiap orang selalu diingatkan dengan kematian agar membuat setiap orang menjadi takut berbuat dosa dan kejahatan. 

Perspektif Kristiani yang melandaskan diri pada Kitab TaNaKh (Torah, Neviim, Ketuvim) - yang lazim disebut Perjanjian Lama oleh umat Kristen � dan Kitab Perjanjian Baru memahami kematian sebagai sebuah keniscayaan akibat masuknya dosa dalam kehidupan manusia (Rm 6:23). 

Setiap benih kehidupan dalam diri manusia mengandung potensi kematian, entah karena sakit, kecelakaan, bencana, pembunuhan dll. Kefanaan melekat dalam kehidupan manusia. Kematian bukanlah akhir dari segalanya. Secara kemanusiaan tentu menyisakkan duka dan kesedihan berpisah dengan orang-orang yang dikasihi. 

Namun jika mengingat sabda Yesus Sang Mesias dan Anak Tuhan bahwa barangsiapa percaya dan menerima diri-Nya maka memperoleh kehidupan dan kebangkitan sebagaimana dikatakan:

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal  dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup" (Yoh 5:24)


"Jawab Yesus: "Akulah q  kebangkitan  dan hidup;  barangsiapa percaya  kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati" (Yoh 11:25)


Membaca teks di atas, sudah seharusnya kita menghadapi kematian dengan lapang dada dan kebesaran hati sebagaimana diajarkan para rasul, "Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Tuhan bersama-sama dengan Dia" (1 Tes 4:13-14).

MEREALISASIKAN KEMUNGKINAN KITA


Manusia, sebagai ciptaan Tuhan adalah mahluk yang sempurna dibandingkan ciptaan lainnya. Hanya manusia yang mampu membuat peradaban dan membentuk dunia menjadi sebagaimana kita lihat dan alami bersama saat ini. Itulah sebabnya manusia dikatakan sebagai �Gambar dan Rupa Tuhan� (Kej 1:28). 

Manusia memiliki kemampuan �mencipta� dan �berkuasa� membentuk dunia ini sebagaimana dikatakan pemazmur, �apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Tuhan, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya� (Mzm 8:4-6). 

Bahkan kesempurnaan manusia sebagai ciptaan Tuhan tetap dapat dibuktikan sekalipun manusia mengalami ketidaksempurnaan secara fisik (menurut ukuran umum kemanusiaan) yang kerap kita namai disabilitas. Kita kerap melihat dengan terpukau sejumlah orang seperti Nick Vucicic dari Rusia yang tidak memiliki kedua tangan dan kaki namun mampu menjadi mentor dan motivator Internasional dan menulis sejumlah buku bahkan berkeluarga secara normal dengan anak-anak sebagai buah hati? Demikian pula kita pernah dibuat berdecak kagum oleh wanita Asia cantik tidak memiliki kedua tangan namun kedua kaki mampu menjadi instruktur pesawat terbang. 

Sekalipun manusia adalah ciptaan yang sempurna dan telah memiliki sejumlah potensi dalam dirinya, namun mereka belum menyempurnakan hidupnya jika tidak menggunakan dan memaksimalkan dirinya. Manusia masih harus merealisasikan kemungkinan-kemungkinan dirinya di masa depan. 

Kita akan menjadi sebagaimana kita memperlakukan diri. Jika kita hanya berdiam diri dan berpuas diri dengan segala kekurangan kita dan terus menerus mengatakan bahwa diri kita tidak bisa melampaui segala keterbatasan, maka demikianlah kita akan menjadi seperti apa yang kita fikirkan dan ucapkan. 

Namun jika berani melampaui segala keterbatasan kita dan merealisasikan berbagai kemungkinan diri kita di masa depan, maka kita akan mendapatkan sebagaimana yang kita harapkan. Orang-orang seperti Nick Vucicic adalah contoh mereka yang tidak tersandera oleh dogma tentang takdir yang diterima secara fatalistik, melainkan yang telah merealisasikan kemungkinan-kemungkinan hidup di masa depan sebagaimana dikatakan, "Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang" (Ams 23:18).

MENGHADAPI ABSURDITAS KEHIDUPAN


Ada banyakkesedihan, penderitaan, rasa sakit yang kita lihat atau mungkin alami dalam keseharian. Peperangan yang tidak berakhir dimana orang terjebak pada rantai membunuh dan dibunuh. 

Kesedihan yang melukai hati akibat orang-orang yang kita kasihi meninggalkan kita dengan cara yang tidak kita kehendaki. Tidak mengherankan jika seorang novelis terkemuka Albert Camus menisbatkan kehidupan yang tidak terbaca dan dipenuhi sejumlah irasionalitas sebagai absurditas. 

Apa itu absurditas?Camus mendefinisikan absurd sebagai konfrontasi antara manusia "rasional" dan alam semesta yang "acuh tak acuh". Ini adalah pandangan bahwa, terlepas dari harapan dan harapan kita (untuk keadilan, untuk keselamatan, untuk perdamaian dan harmoni), dunia tidak memberikan atau peduli. 

Dalam menjelaskan Absurdisme, Camus menggunakan kisah mitologi Sissyphus dalam novelnya The Myth of Sisyphus. Kisah mitologi ini bercerita tentang seorang raja dari Corinth bernama Sissyphus yang dikutuk Zeus untuk mendorong batu ke puncak bukit selamanya. 

Ada beberapa versi kisah mitologis ini. Ada yang mengisahkan jika Sissyphus dikutuk karena bermain-main dengan aturan kematian, ada juga yang mengisahkan bahwa Sissyphus membocorkan rahasia Zeus ditukar dengan sebuah makanan, ada pun yang mengisahkan jika Sissyphus dikutuk karena melihat Zeus menculik Aegina, putri Asopus, untuk dikawini dan melaporkannya pada dewa sungai. 

Sissyphus dikutuk dan diasingkan ke Tartarus oleh Zeus untuk mendorong batu ke puncak untuk selamanya. Batu yang didorong Sissyphus tak akan terus berhenti menggelinding, ketika Sissyphus berupaya mendorong batu dan berhasil ke puncak, dan Sissyphus harus mendorongnya kembali ke puncak, dan begitu seterusnya tak berkesudahan. 

Manusia modern adalah Sisyphus yang menanggung �batu� (problema kehidupannya) yang terus menerus menerus berniat mendorong ke puncak walau akhirnya akan menggelinding kembali. Camus menjawab absurditas dengan mengosongkan peran Tuhan dan lebih mempercayakan pada kemampuan manusia untuk menghadapi hari ini, sebagaimana terungkap dalam setiap novelnya. 

Betapapun absurdnya hidup ini, beranilah menjalaninya sebagaimana Ayub dengan ikhlas menerima apa yang baik dan buruk dari Tuhan, sebagaimana Ayub menjawab desakkan istrinya yang hanya ingin menerima satu bentukkan kehidupan yang baik, indah, menguntungkan belaka jika mengikut Tuhan, "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Tuhan, tetapi tidak mau menerima yang buruk" (Ayb 2:10). 

Bukankah kebaikkan dan keburukkan dapat dipakai oleh Tuhan untuk mensinergikan kebaikkan bagi manusia yang beriman sebagaimana dikatakan, "Kita tahu sekarang, bahwa Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Tuhan" (Rm 8:28). Frasa "turut bekerja" dalam teks Yunaninya sunergeo (dari kata ini kita mendapatkan bahasa Inggris syinergy) dalam teks terjemahan bahasa Inggris King James Version (KJV) diterjemahkan "work together" (bekerjasama).

Dari perpektif Kristiani, absurditas kehidupan bukan sekedar dihadapi tanpa sebuah harapan akan masa depan dan hanya memfokuskan pada kemanusiaan, melainkan melekatkan diri pada Eksistensi Sejati yang abadi yaitu Tuhan Pencipta langit dan bumi. Kisah Ayub memberikan sebuah pelajaran bukan sekedar kerelaan, keikhlasan menerima kehidupan yang kerap absurd melainkan berani menghadapinya. 


DEMENTOR DAN KETAKUTAN KITA


Pernah mendengar istilah Dementor? Ya, bagi mereka penggemar film-film Harry Potter (yang diangkat dari novel-novel J.K. Rowling) tentu tidak asing dengan nama sosok yang ditakuti ini. 


Dementor merupakan sejenis makhluk yang digambarkan setinggi manusia dewasa, tanpa mata, bertampang mengerikan, berkerudung, dan yang terlihat hanya tangannya yang hijau menyeramkan. Mereka ditugaskan untuk menjaga Penjara Azkaban. 

Dementor kemudian dibebaskan dan ditempatkan di tempat-tempat tertentu di Hogwarts untuk menangkap Sirius Black yang telah melarikan diri dari penjara. Dementor menghisap segala kenangan kegembiraan dan kebahagiaan seseorang hingga tinggal segala kesedihan dan ketakutan yang tinggal di kepala. Hal inilah yang sering membuatkan tawanan Azkaban gila dan membunuh diri atau mogok makan hingga mati kelaparan. 

Dalam novel Harry Potter and Orde Phoenix mereka memberontak dan memihak Lord Voldemortdalam petualangannya untuk menguasai dunia sihir dan meneror rakyat sihir dengan menghisap kebahagiaan mereka serta menghisap cahaya yang ada dan membuat kabut yang sangat tebal. 

Kecupan Dementor (Dementor Kiss) adalah istilah yang digunakan bagi merujuk perlakuan dementor menghisap jiwa seseorang sehingga jasad itu kosong seperti tempurung atau lebih parah daripada mati. Korbannya tetap hidup, tetapi tidak memiliki pikiran dan orientasi hidup lagi. Salah satu korbannya adalah Barty Crouch Jr. pada akhir Harry Potter dan Piala Api

Setiap manusia memiliki sifat-sifat ketakutan, kekuatiran, kegelisahan disamping keberanian serta kepercayaan diri. Namun saat kita membiarkan rasa kuatir, gelisah dan takut menguasai kesadaran dan melumpuhkan keberanian serta kepercayaan diri, kita seolah-olah membiarkan rasa takut dan kuatir menjadi Dementor yang mengambil alih keseluruhan kesadaran diri kita. 

Pemazmur mengatakan, �Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu� (Mzm 56:3). Dalam teks Ibraninya berbunyi, �Yom ira, ani eleka evtakh�(Pada hari aku takut, aku percaya kepada-Mu). Inilah yang membedakkan antara orang beriman dengan tidak beriman. 

Tuhan, bukan hanya sebuah pengetahuan melainkan bagian dari keyakinan yang menghidupi dan mengusir segala bentuk ketakutan dan kegelapan sebagaimana dikatakan, �kepada Tuhan aku percaya, aku tidak takut� (be Elohim batakhti, lo ira � Mzm 56:4).

Adakah Anda selalu terkoneksi dengan Tuhan, layaknya lampu pijar di rumah kita memberikan cahaya karena terkoneksi dengan arus listrik? Jika Anda terkoneksi dengan-Nya melalui ibadah harian, permenungan sabda Tuhan dan doa-doa yang bersifat personal, maka kekuatan yang tidak pernah habis akan senantiasa memenuhi kehidupan kita. 

Jika Tuhan lebih besar dari diri kita dan ketakutan kita, tiada lain kita harus terkoneksi dengan-Nya, memiliki relasi yang personal sebagaimana Tuhan kita panggil dengan sebutan YHWH Sang Bapa Surgawi dan kita menghampiri-Nya melalui Putra-Nya Yang Tunggal, Yesus Sang Mesias

Wednesday, 7 November 2018

KITAB YASHAR, BUKAN KANONIK BUKAN PULA EKSTRA KANONIK


Belakangan ini beredar terjemahan dengan nama Kitab Yashar, Kitab Henokh dan Kitab Yubeliumdiantara kelompok Kekristenan Akar Ibrani dan Sacred Name Movement di Indonesia. Bukan hanya euforia segala sesuatu yang berbau Yahudi dengan segala aspek kebudayaan dan simbol-simbol yang menyertainya namun juga penggunaan sejumlah kitab-kitab yang non kanonik yang dianggap mendukung prinsip-prinsip gerakan ini mulai diterjemahkan dan disebarluaskan tanpa proses analisis teks yang memadai.

Kita akan memfokuskan pada apa dan bagaimanakah Kitab Yashar?Apakah kitab ini bersifat kanonik atau ekstra kanonik? Dapatkah kita menggunakan Kitab Yashar sebagai rujukkan bersama Kitab TaNaKh dan Perjanjian Baru? Benarkah Kitab Yashar yang beredar saat ini adalah Kitab Yashar yang dikatakan dalam Yosua 10:13?

Sebutan Kitab Yashar muncul dalam Yosua 10:12-13 sbb, �Halo hi ketuvah al Sefer ha Yashar?� (Bukankah hal itu telah tertulis dalam Kitab Orang Jujur, LAI). Kitab Yashar disebutkan dalam Yosua 10:12-13 ketika Tuhan menghentikan matahari di tengah hari selama pertempuran di Bet Horon. Hal ini juga disebutkan dalam 2 Samuel 1:18-27 yang memuat Nyanyian atau Ratapan Busur, nyanyian pemakaman kesedihan yang Daud ciptakan pada saat kematian Saul dan Yonatan.

Ada kitab berbahasa Ibrani lainnya yang disebutkan dalam Kitab Suci bahwa Tuhan mengarahkan para penulis untuk menggunakannya sebagai rujukkan. Beberapa di antaranya termasuk Sefer Milkhamot YHWH (Kitab Peperangan Tuhan - Bil 21:14), Divre Shemuel ha Ro�eh, Divre Natan ha Navi, Divre Gad ha Khozek (Kitab Samuel Sang Pelihat, Kitab Natan sang Nabi, dan Kitab Gad Sang Pelihat - 1 Taw 29:29), Sefer Divre ha Yamim le Malke Yehuda (Kitab Sejarah Raja-raja Yehuda - 1 Raj 14:29). Kita juga tahu bahwa Salomo menyusun lebih dari seribu lagu (1 Raja-raja 4:32), namun hanya dua yang disimpan dalam buku Mazmur (72 dan 127). Menulis di bawah ilham Roh Kudus dalam Perjanjian Baru, Paulus memasukkan kutipan dari penyair Kreta bernama Epimenides (Tit1:12) dan mengutip kalimat dari penyair Epimenides dan Aratus dalam pidatonya di Athena (Kis 17:28).

Genealogi Sefer haYashar muncul pada tahun 1552 merupakan sebuah midrash (pengajaran) dalam bahasa Ibrani yang juga dikenal sebagai Toledot Adam dan Dibre ha-Yamim be'Aruk. Judul dalam bahasa Ibrani biasanya diterjemahkan dengan Sefer haYashar(Kitab Orang Jujur) - dalam terjemahan bahasa Inggris dikenal dengan sebutan The Book of Jasher. Buku ini dinamai menurut Sefer Yashar yang disebutkan dalam Yosua 10:13 dan 2 Samuel 1:18-27.

Meskipun disajikan dengan nama Sefer haYashar (Kitab Orang Jujur) sebagaimana yang ada pada terjemahan Moses Samuel (1840), namun teks tersebut tidak diterima dalam Yudaisme rabinis, demikian pula teks TaNaKh (Torah-Neviim-Ketuvim yang lazim disebut Kitab Perjanjian lama dalam Kekristenan) tidak membuat klaim sedemikian. Keberadaan  Sefer haYashar jangan dibingungkan dengan Sefer haYashar  lainnya (Pseudo-Jasher) yang dicetak oleh Jacob Ilive pada tahun 1751, yang konon telah diterjemahkan oleh rahib Inggris, bernama Flaccus Albinus Alcuinus.

Versi awal yang tersedia dari midrash Ibrani ini dicetak di Venesia pada 1625 dengan kata pengantar yang mengacu pada edisi sebelumnya di tahun 1552 di Naples, yang tidak ditemukan jejak atau penyebutan lainnya. Pencetaknya bernama Yos�f ben Samuel mengklaim karya itu disalin oleh seorang juru tulis bernama Yakub putra Atyah, dari naskah kuno yang surat-suratnya hampir tidak dapat dibuat.

Teks Venice bertarikh 1625 dikritik habis-habisan sebagai bentuk pemalsuan oleh Leon Modena, sebagai bagian dari kritiknya terhadap Kitab Zohar khususnya dan Kabbalah pada umumnya. Modena adalah seorang anggota rabinik Venesia yang mengawasi pers Ibrani di Venesia, dan Modena mencegah pencetak mengidentifikasi Sefer ha Yashar dengan salah satu kitab dalam TaNaKh yang hilang.

Meskipun telah ada kritikan dari Modena, kata pengantar untuk versi 1625 masih mengklaim bahwa buku sumber aslinya berasal dari reruntuhan Yerusalem pada 70 Ms, di mana seorang perwira Romawi bernama Sidrus diduga menemukan seorang sarjana Ibrani bersembunyi di sebuah perpustakaan yang tersembunyi. Petugas Sidrus dilaporkan membawa cendekiawan dan semua buku dengan aman kembali ke perkebunannya di Seville, Spanyol (di Roma yang dikenal sebagai Hispalis, ibukota provinsi Hispania Baetica).

Ada dua versi Kitab Yashar dalam terjemahan bahasa Inggris yang merujuk pada teks Sefer ha Yashar yang diterbitkan pada tahun 1625 yaitu, Pertama, The Book of Jasher: with Testimonies and Notes, Critical and Historical, Explanatory of the Text, to which is Prefixed, Various Readings, and a Preliminary Dissertation, Proving the Authenticity of the Work (Kitab Yashar: dengan Kesaksian-kesaksian dan Catatan, Kritis dan Sejarah, Penjelasan Teks, yang Awalan, Berbagai Bacaan, dan Disertasi Awal, Membuktikan Keaslian Karya ini). Informasi judul tambahan menyatakan: �Diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dari bahasa Ibrani, oleh Flaccus Albinus Alcuinus, dari Inggris, Kepala Biara Canterbury, yang pergi berziarah ke Tanah Suci, di mana ia menemukan buku ini, di kota Gazna.� Naskah ini diterbitkan di Bristol, Inggris pada tahun 1829. Kedua, The Book of Jasher diterbitkan di New York pada tahun 1840 oleh Mordechai Manuel Noah & A. S. Gould.

Terjemahan Kitab Yashar dalam bahasa Indonesia oleh seseorang yang menamakan dirinya Iwan S (iwan@kitabhenokh.com) merujuk pada terjemahan bahasa Inggris tahun 1840 sebagaimana tertera dalam sampul depannya.

Pada Sefer ha Yashar  edisi 1625 kemudian diklaim bahwa pada beberapa point yang tidak pasti dalam sejarah Islam Spanyol, naskah itu dipindahkan atau dijual ke perguruan tinggi Yahudi di Cordova. Pada edisi 1625 lebih lanjut mengklaim bahwa para sarjana menyimpan buku itu sampai cetakannya di Napoli pada tahun 1552 dan di Venesia pada tahun 1625. Terlepas dari kata pengantar untuk karya terjemahan tahun 1625, tidak ada bukti apapun yang dapat mendukung semua cerita ini. Karya terjemahan tersebut dipergunakan secara luas, tetapi tidak terutama lebih banyak sumber lain selain di Kisah Legenda Yahudi karya Louis Ginzberg.

Sekalipun masih diliputi keraguan apakah terjemahan edisi tahun 1552 di Naples benar-benar dicetak, sebuah studi oleh Joseph Dan, seorang profesor Kabbalah di Universitas Ibrani Yerusalem, dalam kata pengantar untuk edisi kritis tahun 1986 dari teks 1625 menyimpulkan, dari bahasa Ibrani yang digunakan dan sejumlah indikator lainnya, bahwa karya itu sebenarnya ditulis di Naples pada awal Abad ke-16 Ms. Jaringan bahasa Arab menunjukkan bahwa jika kata pengantar untuk versi 1625 begitu �berlebihan�, maka itu mungkin ditulis oleh seorang Yahudi yang tinggal di Spanyol atau Italia selatan.

Dalam  Sefer ha Yashar  tercakup sejarah biblikal dari penciptaan Adam dan Hawa hingga ringkasan penaklukan awal bangsa Israel atas Kanaan di awal sebagaimana dikisahkan dalam Kitab Hakim-Hakim. Ini berisikan berbagai kisah yang sesuai dengan yang dikutip dalam teks-teks Kitab TaNaKh, baik kisah tentang matahari dan bulan yang ditemukan dalam Kitab Yosua, dan juga kisah yang dilaporkan dalam Kitab  2 Samuel 1:18  untuk mengajar keturunan Yehuda untuk bertarung dengan busur sebagaimana dikatakan dalam Yashar 56:9 (versi terjemahan bahasa Indonesia), �Hanya ajarlah anak-anakmu busur dan seluruh senjata perang, supaya mereka dapat bertempur dalam peperangan saudara-saudara mereka yang akan memerintah atas musuh-musuhnya�.

Namun demikian,  Sefer ha Yashar  secara keseluruhan tidak bisa dianggap teks yang sangat tua sebagaimana yang ditunjukkan pada Pasal 10, yang meliputi keturunan Nuh, namun berisi nama-nama orang yang hidup di Abad Pertengahan untuk wilayah dan negara, yang paling jelas adalah nama Franza untuk Perancis (Yashar 10:8) dan Lumbardi di Italia untuk Lombardy (Yashar 10:1)

Teks dalam bab ini secara persis mengikuti permulaan Josippon, sebuah teks rabinik Abad ke-10 Ms yang mencantumkan berbagai macam orang yang tinggal di Eropa sekitar tahun 950 Ms.

Sebagian besar kisah ekstra biblikal ditemukan dalam bentuk yang hampir sama dalam kompilasi Abad Pertengahan lainnya atau dalam Talmud, sumber-sumber midrash atau sumber-sumber dalam bahasa Arab lainnya. Sebagai contoh, ini termasuk kisah umum bahwa Lamech dan putranya, Jabal, secara tidak sengaja membunuh Kain, dengan demikian menuntut kembali kejahatannya untuk membunuh Habel.

Kronologi yang membingungkan juga dapat ditemukan dalam Kitab Yashar Pasal 5 yang sekilas nampak sama dengan Kitab Kejadian khususnya jumlah tahun kematian nama-nama leluhur Nuh namun yang ganjil adalah saat Nuh yang dilahirkan dari istri Lamekh (Kej 5:28-29) baru ada setelah leluhurnya tiada yaitu Enosh, Kainan, Mahalaleel, Yared dll namun dalam Kitab Yashar 5:1 justru dikatakan Enosh meninggal saat Nuh berusia delapan puluh empat tahun (Yashar 5:1) dan Kenan wafat saat Nuh berusia seratus tujuh puluh lima tahun (Yashar 5:2) dan saat Mahalaleel wafat, umur Nuh sudah mencapai dua ratuis tiga puluh empat tahun (Yashar 5:3) serta saat Yared wafat maka usia Nuh telah mencapai tiga ratus tiga puluh enam tahun (Yashar 5:4).

Dalam kisah yang sarat interpolasi (penyisipan) dalam kisah pengujian Tuhan atas Abraham mengenai Ishak, Sefer ha Yashar menuliskan dalam Pasal 23:50-51 sbb, �Dan ketika mereka pergi bersama Ishak berkata kepada ayahnya, Sesungguhnya, saya lihat di sini api dan kayu, dan di manakah domba yang menjadi korban bakaran di hadapan Tuhan? Dan Abraham menjawab putranya, Ishak, Tuhan telah membuat pilihan untuk putraku, untuk menjadi korban bakaran yang sempurna dan bukan anak domba�. Ini bertentangan dengan Kitab Kejadian yang mengatakan tanggapan Abraham adalah, �Putraku, Tuhan akan menyediakan seekor domba untuk korban bakaran�.

Ketakjuban pembaca mungkin akan semakin menjai-jadi apabila membaca Kitab Yashar Pasal 79:27 yang menyatakan, �Setelah mereka pergi, Phra�oh mengirim orang kepada Bileam tukang sihir dan kepada Yannes dan Yambres putranya dan kepada seluruh tukang sihir dan ahli tenung dan para penasihat raja. Mereka semuanya datang dan duduk di hadapan raja�. Betapa tidak? Karena 2 Timotius 3:9 menuliskan, �Tetapi sudah pasti mereka tidak akan lebih maju, karena seperti dalam hal Yanes dan Yambres, kebodohan mereka pun akan nyata bagi semua orang�. Sementara Kitab TaNaKh tidak menuliskan siapa Yanes dan Yambres namun Kitab Yashar yang dianggap Kitab Yashar yang dirujuk oleh Yosua menuliskannya. Maka setiap orang yang tidak seksama membaca teks ini akan menganggap bahwa Kitab Yashar yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan diupayakan dalam bahasa Indonesia adalah Kitab Yashar asli yang disebutkan oleh Yosua.

Namun informasi perihal nama Yanes dan Yambres ternyata telah beredar luas dalam literatur Rabinik khususnya Talmud. Menurut tradisi rabinis mereka adalah dua kepala penyihir di istana Firaun yang menubuatkan kelahiran Musa sebagai �perusak tanah Mesir�, sehingga menyebabkan keluarnya dekrit kejam Firaun (So?ah 11a; Sanh. 106a). Mereka berkata kepada Musa ketika dia melakukan mukjizatnya dengan air dan tongkat: �Apakah kamu ingin memperkenalkan sihir ke Mesir, tanah asli dari seni sihir?� (Men. 85a). Menurut Midrash Yelammedenu, Ki Tissa (Kel 32), Mereka termasuk di antara �Campuran orang banyak yang pergi dengan Israel dari Mesir� (Keluaran 12:38) dan dibantu dalam pembuatan anak lembu emas. Mereka adalah �dua pemuda� yang menemani Bileam dalam perjalanannya ketika ditugaskan untuk mengutuk Israel (Targum Bil. 22:22). Mereka terbang ke udara sebelum pedang Pinehas dan membuat diri mereka tidak terlihat, sampai akhirnya melalui kekuatan Nama Yang Tidak Tertandingi, mereka berhasil ditangkap dan disembelih (Zohar, Bala?, 194; comp. Targum Yerusalem Bilangan 31: 8) � Janes and Jambres - http://www.jewishencyclopedia.com/articles/8513-jannes-and-jambres

Selain analisis genealogis (asal usul) terjemahan Kitab Yashardan sejumlah kontradiksi dengan kisah-kisah dalam TaNaKh perlu ditambahkan bahwa dengan ketiadaan manuskrip bahasa Ibrani atau ketiadaan dalam daftar temuan naskah Dead Sea Scroll (Laut Mati) yang ditemukan tahun 1947 dimana begitu banyak naskah-naskah kuno Yahudi era sebelum Masehi selain Kitab TaNaKh dan literatur Yudaisme lainnya, maka keberadaan Kitab Yashar sebenarnya hanyalah produk karya Abad 15 Ms dan dilanjutkan Abad 19 Ms sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Kitab Yashar yang saat ini diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan juga dalam bahasa Indonesia melalui publikasi internet, tidak terkategori ekstra kanonik ataupun apokripha melainkan karya Abad 15 dan 19 sebagaimana Injil Barnabas yang diterbitkan dalam bahasa Italia pada Abad 15 Ms.

Pada akhirnya, kita harus menyimpulkan bahwa Kitab Yashar yang disebutkan dalam Kitab Yosua telah hilang dan tidak bertahan sampai zaman modern. Semua yang kita ketahui tentang itu ditemukan dalam dua kutipan Kitab Suci yang disebutkan sebelumnya. Buku-buku lain dengan judul itu hanyalah fiksi atau risalah moral Yahudi belaka.